Logo Lintasterkini

Yogi Ahmad Erlangga, “Habibi Muda” dari Tasikmalaya, Apa Kehebatannya?

Abdul Gaffar Mattola
Abdul Gaffar Mattola

Sabtu, 10 Maret 2018 14:17

Dr. Yogi Ahmad Erlangga.
Dr. Yogi Ahmad Erlangga.

TASIKMALAYA – Sang tokoh itu sekarang menjadi buruan para konglomerat dunia bisnis perminyakan. Bahkan universitas-universitas kelas wahid pun tak ketinggalan mengincarnya supaya bisa hadir di kampusnya untuk menggelar kuliah umum. Termasuk media elektronik pun berlomba-lomba mengundangnya untuk acara talk show.

Namanya Yogi Ahmad Erlangga, pemecah rumus matematika Persamaan Helmholtz. Yogi Ahmad Erlangga, orang Tasikmalaya ini, berhasil memecahkan rumus matematika Persamaan Helmholtz yang membelenggu para pakar ilmu pengetahuan dan teknologi. Selama 30 tahun tak seorang pun mampu memecahkannya.

“Banyak pakar yang menghindari penelitian untuk memecahkan rumus Helmholtz ini karena memang sangat sulit dan rumit,” kata sarjana yang Cum Laude S1 dan S2 di ITB ini.

Ketika melanjutkan S3 di Belanda, Dosen Penerbangan dari ITB ini, tertantang oleh perusahaan minyak Shell yang minta bantuan DUT (Delft University of Technology) untuk memecahkan rumus Helmholtz. Setelah mengadakan riset dengan menghabiskan dana sekitar Rp6 milyar yang dibiayai Shell, berkat kejeniusannya akhirnya rumus itu mampu ia pecahkan.

Penemuan Yogi sontak mencengangkan dunia Iptek dan mendapat ucapan selamat dari universitas di Eropa, Israel dan USA. Berdasarkan hasil temuannya ini, membuat banyak perusahaan minyak dunia sangat senang dan meminta bantuannya.

Pasalnya, dengan rumus itu mereka dapat 100 kali lebih cepat dalam menemukan sumber minyak di perut bumi melalui gelombang elektromagnetik yang dipantulkan dari perut bumi dengan akurasi yang sangat tinggi. Andai saja Yogi mau mematenkan hasil temuannya, mungkin ia akan mendapat uang yang sangat besar.

[NEXT]

Tapi ilmuan muda bernama lengkap Yogi Ahmad Erlangga menolaknya. Termasuk menamakan temuannya itu dengan Erlangga Equation. Mematenkan temuan ini justru akan menghambat perkembangan ilmu pengetahuan selanjutnya.

Thesis S3 yang disusun di Jurusan Matematika kampus yang sama di Delft, terpilih sebagai thesis terbaik di Belanda oleh MNC. Bagi Yogi, dia inginkan temuannya ini dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, karena itu hak manusia.

“Hak ini bisa dijamin jika ilmu dimiliki publik dan bersifat open source,” kata Yogi merendah.

Industri yang bisa mengaplikasikan rumus ini antara lain industri radar, penerbangan, kapal selam, penyimpanan data dalam blue ray disc (keping DVD super yang bisa memuat puluhan gigabyte data) dan aplikasi pada laser, serta ilmu lainnya yang berkaitan dengan gelombang elektromagnetik. Buku mengenai persamaan Helmholtz yang dibuatnya saat masih di Belanda pun, laris manis dalam waktu singkat.

“Tinggal satu (buku) dan saya tak punya fotokopinya lagi,” ujar Yogi.

Khusus untuk ITB, sambung pria kalem kelahiran Tasikmalaya 8 Oktober 1974, obsesinya adalah ingin ITB bisa lebih besar lagi. Minimal, ITB menjadi perguruan tinggi terbesar dan berpengaruh di Asia.

[NEXT]

Karena, kalau hanya terbesar di Indonesia saja, sejak dulu juga sudah begitu. Yogi pun ingin melihat Bangsa Indonesia maju dan dihormati bangsa lain.

“Saya pun masih memiliki obsesi pribadi. Keinginan saya adalah ingin melakukan penelitian tentang pesawat terbang yang menjadi spesialisasinya Aeronotika dan Astronotika, perminyakan, dan biomekanik,” kata pemenang penghargaan VNO-NCW Scholarship dari Dutch Chamber of Commerce itu yang punya kebiasaan shalat lima waktu di masjid.

Dr. Yogi Ahmad Erlangga, sekarang Dosen di Alfaisal University, Riyadh, Arab Saudi ini mendapat julukan “Habibie Muda” karena penemuannya yang spektakuler di bidang matematika. Kehadiran Dr. Yogi Ahmad Erlangga yang bersedia berkarya di Alfaisal University, Riyadh, Arab Saudi juga merupakan kebanggan tersendiri bagi Kedutaan Besar Indonesia di Arab Saudi.

Dulu, BJ Habibie menemukan rumus yang mampu mempersingkat prediksi perambatan retak hingga mendapat julukan Mr. Crack. Banyak industri penerbangan di berbagai negara memakai rumus penemuan Habibie tersebut, termasuk NASA di Amerika. Kini, Dr. Yogi Ahmad Erlangga meneruskan kehebatan Habibie dengan menemukan dan memecahkan rumus persamaan Helmholtz.

Semoga setelah ini, semakin banyak lagi generasi-generasi penerus bangsa yang akan selalu membanggakan negeri ini di mata dunia. Indonesia bisa jika tidak pesimis. (*/B)

Penulis : Slamet

 Komentar

 Terbaru

News27 November 2025 21:37
Aksi Nyata Pemprov Sulsel: Program Pelayanan Kesehatan Bergerak Jangkau 7 Lokus Kepulauan, 3.979 Pasien Terlayani
MAKASSAR – Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Pemprov Sulsel) terus mengoptimalkan upaya pemerataan akses kesehatan bagi masyarakat di wilay...
News27 November 2025 19:29
Korlantas Paparkan Kesiapan Nataru di Komisi III DPR RI, Frederik Kalalembang Soroti Titik Rawan KM 66 dan Pentingnya Komando Terpadu
JAKARTA — Di tengah meningkatnya mobilitas masyarakat menjelang libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026, Komisi III DPR RI menggelar Rapat Dengar Penda...
Ekonomi & Bisnis27 November 2025 16:30
Toyota Tegaskan Realisasi Multi Pathway, Perkuat Produk Elektrifikasi Dalam Negeri di GJAW 2025
MAKASSAR – PT Toyota Astra Motor (TAM) membuka GAIKINDO Jakarta Auto Week (GJAW) 2025 dengan momentum penting bagi industri otomotif Indonesia W...
Ekonomi & Bisnis27 November 2025 16:24
Bukit Baruga Dukung Kesehatan Masyarakat melalui Layanan Medical Check-Up Gratis
MAKASSAR – Bukit Baruga kembali menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan kualitas hidup warga serta masyarakat sekitar kawasan melalui penyele...