MAKASSAR – Sarasehan dan silaturrahmi Ketua Umum Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia (SNKI) bersama Pemerhati dan Pecinta Pusaka Sulawesi (PPP) dilaksanakan, Selasa (28/02/2017), sekira pukul 20.00 Wita. Kegiatan ini bertempat di Hotel Swiss Belinn Jalan Adiyaksa Baru, Kelurahan Pandang, Kecamatan Panakkukang, Kota Makassar.
Kegiatan tersebut dihadiri Wakil Ketua DPR RI yang juga menjabat Ketua Umum SNKI, Dr H Fadli Zon, SS, M.Sc, Wakil Ketua Umum SNKI, Ir. HA. Thaswin Abdullah, Dewan Pakar DR H Ahmad Ubbe SH, MH, Korwil Sulawesi Ir H A Promal Pawi, M.Si, Wakil Gubernur Sulsel, Ir H Agus Arifin Nu’mang, MS, Anggota DPR RI, Asikin Solthan, para Dewan Pakar SNKI Pusat, para pengurus dan anggota SNKI Pusat, para sesepuh Paguyuban dan Komunitas Pusaka Nusantara dan para tokoh adat se-Sulawesi Selatan, serta undangan lainnya.
Wakil Gubernur Sulsel, Agus Arifin Nu’mang mengatakan, salah satu daerah pusaka yang perlu kita lestarikan adalah Sulawesi Selatan seperti Bantimurung di Maros, Lolai Negeri diatas Awan Toraja Utara dan sebagainya. Termasuk benda benda pusaka perkerisan dan badik senjata khas Bugis-Makassar.
Sementara itu, menurut Wakil Ketua DPR RI DR H Fadli Zon mengatakan bahwa keris adalah salah satu pusaka yang sudah diakui oleh Unesco pada tanggal 25 November 2015. Termasuk benda pusaka lainnya yang ada di Indonesia.
“Leang-Leang dibuat sekitar 20 ribu sampai 30 ribu tahun yang lalu dan dianggap lukisan yang ada di Goa Leang-Leang adalah lukisan tertua di dunia, salah satu artevak tertua di dunia,” ujar Fadli Zon.
Indonesia dianggap memiliki kekayaan sejarah, salah satu yang ada yakni peradaban tertua berada di Sulawesi Selatan. Para pejuang nasional terdahulu, semua berjuang menggunakan keris dan salah satu ciri khas seorang pemimpin. Keris dan badik adalah simbol daripada identitas seorang pemimpin. Lebih lanjut ia berharap, agar di Sulawesi Selatan didirikan suatu museum keris Sulawesi.
“Dengan pameran pusaka berarti menandakan daerah kita memiliki peradaban tua dengan menampilkan pusaka-pusaka Kita. Keris-keris baru adalah suatu kreatif dari seni budaya kita dan harus kita lestarikan keberadaannya,” tutupnya. (*)