LUWU – Puluhan warga Desa Posi, Kecamatan Bua, Kabupaten Luwu mengalami keracunan massal usai menyantap hidangan khas daerah Luwu yaitu Dangkot (Masakan ayam menggunakan bumbu lengkuas) pada acara lamaran di Dusun Pollo Padang, Desa Posi, Senin (27/2/17).
Kejadian tersebut berawal pada hari Minggu (26/2) saat masyarakat memenuhi undangan acara lamaran yang diadakan oleh salah satu warga bernama Maning, dalam acara tersebut para tamu menyantap masakan yang disediakan tuan rumah berupa Dangkot.
Malam harinya masyarakat yang menyantap masakan tersebut satu persatu mulai merasakan pusing, muntah, mencret serta demam dan dilarikan ke puskesmas Bua. Hingga kini korban mencapai 43 orang dirawat di Puskesmas Bua dan 1 orang dirawat Rumah sakit ST. Madyan Palopo karena yang bersangkutan berdomisili di Kota Palopo.
Berdasarkan hasil koordinasi dengan Dokter Puskesmas Bua dr. Bunadi bahwa hasil pemeriksaan sementara diduga penyebabnya adalah bakteri yang terdapat didalam makanan yang disantap oleh para tamu yang kemungkinan dalam mengolah masakan tersebut kurang bersih dan atau dalam penyajiannya yang kurang bersih.
“Namun untuk kepastiannya akan dilakukan pemeriksaan lanjutan yakni uji laboratorium terhadap sampel makanan maupun pemeriksaan langsung terhadap pasien,” ujar Bunadi.
Hingga saat ini pihak Puskesmas Bua sudah melakukan penanganan berupa tindakan medis dengan pemberian cairan infus untuk memulihkan volume cairan dalam tubuh para pasien dan oleh Pihak Puskesmas menyatakan tidak ada pasien yang perlu mendapatkan penanganan medis secara serius/ tidak ada pasien yang dinyatakan kritis.
[NEXT]
Sementara itu pihak Polsek Bua dibantu Satuan Reskrim Polres Luwu telah mengumpulkan sample makanan untuk dilakukan uji laboratorium. Untuk peyelenggara yaitu Maning belum bisa dilakukan pemeriksaan karena yang bersangkutan juga masih dalam perawatan medis.
Keracunan makanan adalah suatu penyakit yang disebabkan mengkonsumsi makanan yang berbahaya atau terkontaminasi. Terjadinya penyakit karena makanan erat kaitannya dengan lingkungan yang digambarkan WHO sebagai diagram V, yaitu penularan penyakit melalui flay (lalat), fingers (tangan), fild (tanah), dan food (makanan).
Makanan yang sudah tercemar biasanya secara visual tidak terlihat atau tampak tidak membahayakan, misalnya dari segi warna, rasa dan penampakannya normal dan tidak ada tanda-tanda kerusakan. Karena itu kita sering terkecoh dan mengkonsumsi makanan tersebut tanpa ada rasa curiga sedikit pun.
Kejadian sakitnya bisa mengenai individu, beberapa anggota keluarga atau sekelompok orang yang memakan makanan yang sama (massal), dan gejala keracunannya bisa ringan dan bisa berat.
Keracunan yang bersifat akut (mendadak) akibatnya ada yang fatal (mematikan) seperti kasus keracunan makanan yang pernah terjadi di Banyumas yang menewaskan 1 orang meninggal dan diduga setelah mengkonsumsi makanan yang dihidangkan pada acara hajatan.
Di Indonesia masih sering terjadi keracunan makanan. Seperti kasus yang terjadi di beberapa daerah di Sulawesi Selatan, misalnya kasus keracunan makanan yang terjadi di Kabupaten Pangkep pada sebuah acara jamuan makan malam dalam resepsi pernikahan dengan gejala muntah-muntah. Dan kasus keracunan yang lain terjadi di Kabupaten Bulukumba, Sidrap 5 kasus, Gowa 3 kasus.
Dan kasus keracunan massal yang baru saja terjadi di Desa Posi, Kecamatan Bua, Kabupaten Luwu mengalami keracunan massal usai menyantap hidangan khas daerah Luwu yaitu Dangkot (Masakan ayam menggunakan bumbu lengkuas) pada acara lamaran di Dusun Pollo Padang, Desa Posi, Senin (27/2/2017). Dengan banyaknya kasus keracunan makanan, food safety perlu ditingkatkan secara terus menerus, sehingga kejadian keracunan makanan dapat ditekan seminimal mungkin.
[NEXT]
Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya kasus keracunan makanan jika dikaitkan dengan six principle (6 prinsip) Hygine Sanitasi Makanan yaitu :
1. Masalah kebersihan dan proses mengolah makanan yang tidak hygienes.
Jika kita berbicara tentang kebersihan dan proses mengolah makanan yang tidak hygienes, maka kita tidak lepas dari 6 prinsip upaya hyigene sanitasi makanan yang saat ini sering diabaikan.
2. Adanya mikroorganisme penyebab keracunan makanan
Keracunan makanan selain disebabkan oleh faktor kebersihan dan proses pengolahan makanan, juga disebabkan oleh bakteri-bakteri dan lain-lain. Berdasarkan mekanisme kejadian dan bakteri penyebabnya, maka keracunan makanan dibagi dalam 2 type, yaitu type infeksi dan type intoksitasi.
Type infeksi disebabkan oleh V. Parahaemoliticus, salmonella spp, E. Coli pathogen, dan lainnya, dan type intoksitasi disebabkan oleh stphylococcus aereus, clostridium botulinum, bacillus aereus, dan clostridium perfringes.
3. Adanya bahan kimia yang terkandung dalam makanan.
Masalah keracunan makanan yang disebabkan oleh bahan kimia makin meningkat dewasa ini. Hampir setiap tahun kasus keracunan selalu ada, angka kejadiannya pun cukup tinggi. Dari seluruh kasus keracunan makanan sebagian besara bersumber pada pengolahan makanan yang tidahk higiene.
4. Adanya jamur yang menyebkan keracunan pada makanan.
Keracunan makanan yang disebabkan oleh mengomsumsi bahan makanan atau tanaman yaang mengandung substansi racun. Jamur yang terdapat pada makanan bersumber dari makanan yang disimpan yang tidak sesuai dengan suhu penyimpanannya. contoh pada roti yang disimpan lebih dari 3 hari.
Ada beberapa spesies jamur beracun yang biasanya terdapat pada tumuan seperti amalita, Phalloibes dan A.pirosa yang dapat menyebaban kematian. Kasus ini pernah terjadi di daerah Tasikmalaya, ketika seorang kakek yang memakan sop jamur kemudian meninggal dunia. Jamur beracun memilii tampilan yang mirip dengan jenis jamur yang biasa dimakan, karena itu banyak orang yang tidak tahu apakah jenis jamur tersebut layak untuk dimakan atau tidak. (*)