Lintas Terkini

Safaruddin, Tokoh Pemuda Pangkep Penggerak Pertanian Organik

PANGKEP – Tingkat kesuburan tanah mempengaruhi produksi suatu jenis tanaman yang dibudidayakan. Tanpa disadari, dalam proses waktu yang cukup lama dalam hal penggunaan pupuk kimiawi, sebenarnya dapat menggerus unsur hara alami dalam tanah.

Akibatnya, lama-kelamaan lahan yang kerap menggunakan pupuk kimiawi akan tak subur lagi. Sehingga hasil produksi tanaman pun akan semakin berkurang atau menurun dari tahun ke tahun.

Untuk mengembalikan kesuburan tanah tersebut, salah satu alternatif yang bisa dilakukan adalah kembali kepada penggunaan pupuk organik yang bersifat alami. Kegunaan pupuk organik salah satunya yakni mengembalikan kesuburan tanah serta ramah terhadap lingkungan.

Hal itu dikemukakan penggerak pupuk organik bernama Safaruddin, seorang tokoh pemuda didikan Pemuda Ansor NU asal Kabupaten Pangkep, Sabtu, (1/10/2016). Pemuda ini intens mensosialisasikan penggunaan pupuk organik, baik di daerahnya Kabupaten Pangkep sampai ke Kabupaten Maros.

Selain aktif mengajak masyarakat, khususnya petani untuk kembali ke unsur alami dalam menyuburkan tanah yang diolah dengan menggunakan pupuk organik, Safar, panggilan pemuda ini pun aktif mengembangkan pertanian organik.

“Saya telah mengembangkan juga berbagai jenis tanaman organik seperti kacang organik, padi organik dan juga tambak organik,” ungkap Safar.

Safaruddin, ayah satu anak ini memang terbilang masih muda. Di usia yang masih muda, dia pun mengaku menggeluti pertanian alami baru seumur jagung, sekitar enam bulan belakangan ini.

“Pada dasarnya sistem pertanian organik, sekali tidak menggunakan unsur kimia, maka selamanya tidak lagi menggunakan unsur-unsur kimia. Dengan menggunakan pupuk organik dan mengembangkan pertanian organik, maka kita dapat mengembalikan kesuburan tanah dengan cara-cara alami,” jelasnya.

Pemuda Pangkep ini mengaku aktif mensosialisasikan pupuk organik serta pertanian organik. Bahkan kemarin, dia beserta rekannya mendatangi warga Kampung Maros baru, Kabupaten Maros untuk melatih pertanian organik di daerah itu.

Menurutnya, seandainya Pemerintah dapat perhatikan persoalan pertanian organikini, maka produksi pertanian di Pangkep bisa lebih baik. Bahkan, ongkos kerja juga bisa relatif murah dengan pertanian organik, sehingga petani tidak terlalu terbebani.

Diakuinya, berbagai uji coba pertanian organik yang dia lakukan memberi hasil yang cukup positif. Pupuk kimia menurut Safar, selain dapat menghilangkan kesuburan tanah, juga memiliki biaya yang relatif tinggi.

“Budidaya udang kemarin kita hanya mengeluarkan biaya pupuk organik 150 ribu per hektar, itu dari pembibitan hingga panen, jadi cukup murah,” terang Safar.

Namun diakui Safar, untuk mengajak masyarakat beralih dari pupuk kimia ke organik tidaklah mudah. Alasan dia, masyarakat sudah sangat tergantung pada pupuk kimia, ditambah lagi Pemerintah yang tidak memperhatikan hal ini.

“Kenapa petani harus menggunakan pupuk organik ? Jawabannya adalah karena sehat. Kenapa harus pupuk organik ? Tentu karena pupuk organik itu menyangkut soal kesehatan dan ramah lingkungan,” paparnya.

Safar mengaku bahwa dirinya masih melakukan berbagai uji coba pertanian organik dengan swadaya. Minatnya menggeluti pertanian organik bukan tanpa alasan, sebab dia aktif terlibat dalam komunitas pertanian alami persaudaraan petani nusantara, PPNU.

“Ilmunya kita dapat dari pengembangam kader gerakan Pemuda Ansor,” ucapnya. (*)

Exit mobile version