MAKASSAR, – Ketua Perwalian Umat Budha Indonesia (Walubi) Sulsel, Yongris meminta aparat kepolisian memperketat pengaman tempat peribadatan dan perayaan Imlek yang tidak lama lagi akan digelar.
Baca Juga :
Menurut Yongris, wihara yang menjadi target sasaran aksi teroris bukan lagi sekadar isu, melainkan ancaman di depan mata. Tentunya, ancaman itu sangat meresahkan bagi umat Budha di Indonesia.
“Ini sangat meresahkan bagi kita. Ini terungkap dari arsip yang dibongkar dari penggrebekan markas teroris di Ciputat malam tahun baru kemarin. Ini bukan lagi isu, tetapi ancaman di depan mata. Kami minta polisi lebih maksimal melakukan pengamanan,” katanya, Kamis (2/1/2013).
Selain memperketat pengamanan di wihara dan klenteng, Yongris juga meminta polisi tetap mengamankan kegiatan di tempat-tempat terbuka. “Di tempat-tempat terbuka maksudnya, kegiatan seperti arak-arakan budaya di jalanan. Itu juga meski dijaga dong,” pintanya.
Yongris menambahkan, setiap wihara dan klenteng tetap akan dijaga oleh tim pengamanan internal. “Kalau di Sulsel, ada 24 wihara dan klenteng yang tersebar di sejumlah wilayah. Kami harap, tidak ada aksi teroris di tempat peribadatan umat Budha, sebab dampaknya bukan kami saja yang merasakan, tetapi masyarakat luas,” tandasnya.
Ditemukan daftar wihara
Sebelumnya diberitakan, pasukan Densus 88 menemukan daftar nama sejumlah wihara di lokasi penggerebakan di Ciputat, Tangerang Selatan pada Rabu (1/1/2013) pagi. Penemuan itu diduga menunjukkan sebuah pergeseran pola teroris yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu.
“Ini yang harus dicermati. Ada dampak strategis internasional dan regional. Peristiwa di dunia internasional dan regional bisa berimplikasi pada kegiatan yang terjadi,” ungkap Kepala Biro Penerangan Masyarakat, Polri Brigjen (Pol) Boy Rafli Amar, dalam jumpa pers terkait penggerebekan teroris di Ciputat, Rabu (1/1/2013).
Boy menuturkan, pergeseran pola teroris dari rumah peribadatan, yang target semula gereja, kini menjadi wihara. Hal ini terlihat dari ledakan di Wihara Ekayana pada beberapa waktu lalu yang dilakukan oleh kelompok teroris.
Tidak hanya itu, Boy menilai, enam orang yang diduga teroris tersebut merupakan kelompok yang telah direkrut untuk membalas kejahatan yang terjadi di Rohingnya. Kelompok tersebut, kata Boy, akan mencari lokasi wihara untuk dijadikan target pengeboman.
“Lahirlah kelompok simpatisan yang diiringi perbuatan membalas. Dicari target-target yang berkaitan dengan negara Buddha. Selain itu juga mencari tempat-tempat ibadah (wihara),” imbuh Boy.
Ia juga memprediksi, para terduga teroris memilih lokasi dari tingkat kesulitan terendah untuk menjalankan aksinya.
Boy pun mengatakan, rangkaian bom ditemukan di lokasi penggerebekan.
“Ada daftar wihara yang sudah di-print oleh mereka, yaitu wihara di Jakarta dan sekitarnya. Yang jelas, di tempat itu (kontrakan) ada rangkaian bom. Ada data-data pihak yang mereka pegang,” pungkasnya. (kpc)
Komentar