MAKASSAR – Pada Desember 2022, Sulawesi Selatan (Sulsel) mengalami inflasi sebesar 0,72% (mtm) atau lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,25% (mtm).
Hal itu disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulsel, Causa Iman Karana, melalui keterangan tertulis, Senin (2/1/2023).
Disebutkan, peningkatan bulanan utamanya disebabkan oleh adanya peningkatan aktivitas ekonomi dan permintaan masyarakat pada momen HBKN Natal dan jelang akhir tahun serta adanya gangguan pasokan komoditas. Dengan perkembangan tersebut, keseluruhan tahun 2022 angka inflasi Sulsel tercatat sebesar 5,77% (yoy).
Secara keseluruhan tahun, angka inflasi Sulsel tahun 2022 berada di atas sasaran inflasi nasional yang sebesar 3,0±1%, serta lebih tinggi dibandingkan realisasi inflasi tahun 2021 yang sebesar 2,40% (yoy). Kondisi ini tidak terlepas dari peningkatan harga komoditas dunia akibat dinamika geopolitik global serta adanya kebijakan pengalihan subsidi BBM yang dilakukan oleh pemerintah pada tahun 2022.
Inflasi tahunan Sulsel terjadi di seluruh kelompok pengeluaran dan terutama bersumber dari kelompok Transportasi; Makanan, Minuman, dan Tembakau; serta Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga yang memiliki andil inflasi tahunan masing-masing sebesar 1,93%; 1,77%; dan 0,49%.
Kelompok Transportasi mengalami inflasi tahunan sebesar 16,72% (yoy) yang dipengaruhi terutama oleh peningkatan harga bensin, kenaikan permintaan tiket pesawat pada momen Natal dan liburan akhir tahun pasca relaksasi pembatasan aktivitas, serta adanya penyesuaian harga tarif batas atas dan batas bawah ojek online di akhir tahun 2022. Inflasi tahunan Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau yang sebesar 5,95% (yoy) terutama dipengaruhi oleh meningkatnya harga telur ayam ras, beras, dan rokok kretek filter. Inflasi lebih tinggi pada kelompok ini tertahan oleh menurunnya harga komoditas cabai rawit, cabai merah, dan daging ayam ras.
Sementara itu, inflasi tahunan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga yang sebesar 3,21% (yoy) terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga kontrak rumah dan bahan bakar rumah tangga.
Memasuki tahun 2023, Bank Indonesia bersama dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) akan terus bersinergi dan berkolaborasi dalam menjaga stabilitas harga di Sulsel, baik pada tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Penguatan Kerjasama Antar Daerah (KAD) antar Kabupaten/Kota se-Sulsel maupun antar provinsi di luar Sulsel serta pemantauan pasokan dan harga secara berkala akan terus dilakukan oleh TPID di wiilayah Sulsel. Langkah ini dilakukan untuk memastikan terjaganya daya beli masyarakat dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di wilayah Sulsel. (*)