Terjarig Sweeping, Mobil Dilepas dengan Barteran Beras 25 Ton

PINRANG – Aksi sweeping terhadap mobil pengangkut beras dan gabah di Kabupaten Pinrang oleh pihak Bulog Divre Sulselbar dengan menggunakan personel TNI Kodim 1404 Pinrang terus menuai kecaman.
Berdasarakan pengakuan Abdul Rahman, demi meloloskan mobilnya yang bermuatan 30 Ton dengan tujuan pengiriman pulau Kalimantan, dirinya terpaksa menandatangani kontrak yang telah disiapkan oleh pihak Bulog di gudang Lamajakka, Kecamatan Mattiro Bulu Pinrang tempat mobilnya ditahan.
Yakni berisikan pernyataan kesediannya untuk memasukkan beras miliknya sebanyak 25 Ton dengan pembelian harga standar Bulog yakni Rp 7.300 per Kilogram.
“Mobil saya diamankan di gudang tersebut sejak pukul 13.00 Wita, Sabtu (30/4/2016) kemarin. Nanti diizinkan keluar sekira pukul 23.00 Wita, itupun setelah saya menandatangani kontrak tersebut dan itupun mobil saya dikawal ketat oleh personil TNI hingga ke rumah saya, di kampung Pao, Kecamatan Mattiro Bulu,” tuturnya dengan sedih kepada lintasterkini.com, Minggu (1/5/2016) sore, di salah satu Warkop di Kota Pinrang.
Rahman mengungkapkan, meski harus menelan kerugian puluhan juta rupiah, ia akhirnya menepati pernyataannya itu dengan memasukkan beras miliknya sebanyak 20 Ton di gudang Bulog tersebut, Minggu (1/5/2016) pagi.
” Bayangkan Pak, 20 Ton beras saya terpaksa saya jual ke Bulog dengan harga Rp 7.300 per Kilogram, sementara harga jual saya di Kalimanta Rp 8200 per Kilogram. Saya rugi puluhan juta rupiah karenanya, dan jika semua beras saya harus dijual ke Bulog, saya pasti Bangkrut dan terlilit utang karena jualnya dibawah harga modal,” akunya.
Yang ia sesalkan, saat disuruh menandatangani kontrak itu, yang menyodorkannya personil TNI dan saat dirinya sempat menpertanyakan kenapa mobilnya dirazia, personil TNI langsung menggertaknya dengan mengatakan “Mau melawan petugas yach”.
“Saya kasihan dengan anggota TNI. Kenapa mereka mau diperalat dan dibenturkan menjadi musuh rakyat demi kepentingan dan kesuksesan kinerja Bulog,” ucap Rahman.
Hal senada juga diutarakan, H Selle, seorang pedagang beras lainnya dari Desa Sikkuale Kecamatan Cempa Pinrang.
“Saya sangat sedih dengan perlakuan Bulog kepada kami. Ini beras dan gabah milik kami, tetapi kenapa kami dipaksa harus menjual ke mereka dengan harga yang jauh dari harga pasaran. Kalau mau membunuh kami, sekalian ambil saja beras milik kami dengan menggunakan tangan TNI, daripada kami jual dengan harga seperti ini,” ungkapnya. (*)