MAKASSAR – Gempa bumi berkekuatan 7,7 Skala Richter dan tsunami yang melanda daerah Sulawesi Tengah (Sulteng), Jumat sore, (28/9/2018), memporak-porandakan Kota Palu, Donggala, Sigi, Talise, dan sekitarnya. Saat ini evakuasi terhadap korban terus dilakukan, khususnya dari Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Di Makassar sendiri, tepatnya di Asrama Haji Sudiang, sejak Minggu (30/9/2018) korban terus didatangkan dari Palu, diutamakan yang luka berat dan memiliki anak kecil. Salah satu korban yang diungsikan, Irma (27), warga asal Berau, Kalimantan Timur yang berdomisili di Sigi, Sulawesi Tengah saat ini berada di Asrama Haji Sudiang Makassar.
Wanita beranak dua ini mengatakan bahwa gempa di Palu merupakan hal biasa. Namun baru kali ini, gempa yang terjadi Jumat sore itu getarannya dahsyat.
“Kita di Sigi dan sekitarnya sudah biasa dengan gempa-gempa kecil, 5 skala richter itu biasa kami rasakan. Tapi baru kali ini kami merasakan getaran yang lama dan goncangan yang besar berkekuatan 7,7 skala richter,” tutur Irma sambil bermain bersama kedua anaknya, Andi Ahmad Rafi (4,5) dan Adiba Rafaila (1).
Suami Irma masih berada di Sulteng untuk mencari cara agar bisa kembali survive. Ia hanya menyuruh Irma dan anak-anaknya ke Makassar agar bisa bertemu dengan keluarganya yang berada di Makassar untuk kembali ke Berau.
“Suami saya masih di sana (Sulteng), saya dan anak-anak yang disuruh kesini (Makassar) untuk ketemu keluarga, dia menyuruh saya untuk kembali ke Berau untuk sementara waktu dan dia tetap disana mencari cara bagaimana kita bisa bangkit lagi,” kata Irma dengan senyum penuh pengharapan.
Irma tiba di Makassar pada pukul 19.00 Wita, Minggu (30/9/2018). Saat ini ia telah dijemput sanak keluarganya dan selanjutnya akan kembali ke kampung halamannya di Berau, Kaltim.
Irma menikah dengan lelaki asal Palu, lalu kemudian memilih untuk ikut suaminya yang bekerja sebagai pegawai di Dinas PU, Sigi, Sulteng. Namun naas, setelah 6 tahun hidup di Sigi, musibah besar melanda daerah tersebut tanpa sisa.
Sementara itu anak pertama Irma yang bernama Rafi terus memanggil sang ayah.
“Ma, Papa kenapa tidak ikut?,” tanya Rafi kepada ibunya dan siapa saja yang mengunjunginya.
Irma hanya menjawab jika ayah Rafi memperbaiki rumah.
“Papa lagi perbaiki rumah, Nak,” jawab Irma kepada Rafi. (*)