Lintas Terkini

Wamendikdasmen Serap Aspirasi Guru di Tasikmalaya, Janjikan Perbaikan Dukungan Pendidikan

TASIKMALAYA – Pada hari kedua kunjungannya ke Tasikmalaya, Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) Atip Latipulhayat, didampingi oleh Kepala Biro Keuangan dan Barang Milik Negara serta Direktur SMP dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), mengunjungi SMA Plus Muallimin Rajapolah dan SMP/SMA Nasrul Haq Sukasari.

Dalam kunjungannya ke SMA Plus Muallimin Rajapolah, Wamen Atip dan jajaran Kemendikbudristek mendengarkan langsung aspirasi dari para guru sebagai garda terdepan pendidikan di Indonesia.

“Kami akan mendengarkan lebih banyak, dan nanti akan kami tindak lanjuti sebagai masukan untuk kebijakan ke depannya,” ujar Wamen Atip, Sabtu (2/11).

Fokus pada Kesejahteraan Guru

Kesejahteraan guru menjadi sorotan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, sesuai dengan arahan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti, yang merespons instruksi Presiden Prabowo Subianto. Salah seorang guru di SMA Plus Muallimin Rajapolah mengungkapkan ketimpangan dukungan yang dialami guru di sekolah swasta dibandingkan dengan sekolah negeri.

“Peran sekolah swasta sama pentingnya dengan sekolah negeri dalam memajukan pendidikan, tapi kami di sekolah swasta sering terkendala dukungan. Kami berharap pemerintah bisa memberi insentif agar kami siap bersaing dengan sekolah negeri dalam mewujudkan Indonesia Maju,” katanya.

Menanggapi hal tersebut, Wamen Atip menyatakan komitmennya untuk mencari solusi bagi masalah ini. “Insya Allah akan kami cari penyelesaiannya, termasuk soal insentif. Kami sudah sering mendengar keluhan ini dan sedang merancang skema khusus untuk menangani masalah ini, terutama di bidang keuangan dan manajemen kelembagaan,” jelas Atip.

Dukungan untuk Sekolah Swasta

Lebih lanjut, Wamen Atip menyampaikan bahwa Kemendikdasmen kini berfokus pada kolaborasi dengan sekolah swasta. “Paradigma kami saat ini adalah menjadikan sekolah swasta sebagai mitra, bukan sebagai kompetitor,” ujarnya.

Taufik, seorang guru Matematika, turut menyampaikan tantangan terkait kurangnya perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang menghambat potensi siswa di sekolahnya. “Dulu saat olimpiade kami mampu bersaing, tapi sekarang keterbatasan perangkat jadi penghalang. Kami berharap ini bisa diperhatikan ke depannya,” harap Taufik.

Tantangan dalam Akses Perpustakaan dan Literasi

Nurul, seorang guru lain, menyoroti sulitnya akses siswa ke perpustakaan untuk mendukung gerakan literasi di sekolah. “Kami sudah menjalankan gerakan literasi, tapi akses ke perpustakaan masih sulit, bahkan Perpustakaan Nasional. Kami berharap pemerintah memperhatikan hal ini demi peningkatan literasi,” ungkapnya.

Nurul juga mempertanyakan sikap Kemendikdasmen terhadap perkembangan Artificial Intelligence (AI) di dunia pendidikan. “Ada kekhawatiran bahwa AI bisa membuat siswa jadi malas berpikir, padahal target kami adalah peningkatan literasi dan numerasi,” tuturnya.

Menanggapi hal ini, Wamen Atip menegaskan pentingnya membaca bagi siswa dan berjanji untuk membantu akses perpustakaan. “Kami sadar pentingnya keterampilan literasi. Seorang penulis yang baik adalah pembaca yang baik, dan kami akan membantu akses perpustakaan nasional,” ujarnya.

Fasilitas TIK dan Pemanfaatan AI

Direktur SMP, Imran, menambahkan bahwa pihaknya akan memetakan kebutuhan perangkat TIK dan pengadaan buku untuk ditindaklanjuti. Imran juga menyebutkan bahwa pelatihan AI bisa menjadi langkah positif untuk menjadikan teknologi sebagai alat bantu, bukan penghalang.

“Beberapa waktu lalu, saya bertemu tim dari Microsoft yang sedang mengembangkan program pelatihan AI untuk masyarakat. Jika Ibu dan Bapak ingin tahu lebih jauh, kami bisa memfasilitasi,” kata Imran.

Menutup sesi serap aspirasi ini, Wamen Atip mengucapkan terima kasih kepada para guru dan berharap pertemuan ini bisa membawa perbaikan nyata dalam layanan pendidikan dan kesejahteraan tenaga didik di Indonesia. (*)

Exit mobile version