Traktor Remot di Kebumen, Bisa Garap Lahan Sawah 5 Hektare

Traktor Remot di Kebumen, Bisa Garap Lahan Sawah 5 Hektare

KEBUMEN- Indonesia ternyata memiliki banyak orang-orang jenius. Berbagai inovasi teknologi yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, mampu diciptakan.

Salah satu buktinya, sebuah teknologi di bidang pertanian yang disebut “Traktor Setan” lahir di pelosok Negeri Indonesia, tepatnya di Kebumen, Jawa Tengah. Penciptanya tak lain adalah Wakhid Hasim, pemuda asal RT 2/RW 2 Desa Tepakyang, Kecamatan Adimulyo, Kabupaten Kebumen menciptakan traktor yang dikendalikan dengan remot.

Tak berlebihan jika teknologi ini disebutnya ebagai traktor setan. Sebabnya, ia bisa dikendalikan dari jarak jauh menggunakan remote yang disambungkan dengan berbagai fungsi operasional otomatis di traktor ini.

“Disebut traktor setan ya karena tidak ada pengemudinya. Traktornya bisa jalan sendiri, berkelok sendiri,” kata Wakhid Hasim.

Dikutip dari Liputan6.com, pada mulanya, Wakhid merasa risau dengan makin minimnya orang yang bersedia mengemudikan traktor. Padahal, para pengemudi terdahulu sudah termakan usia. Dalam kondisi seperti itu, nampaknya petani perlu inovasi teknologi tinggi.

Ia pun mencoba memanfaatkan keahliannya di bidang elektronik dan pengetahuannya soal teknologi robot. Maka ia pun menceritakan rencananya itu kepada rekan sejawatnya di Kelompok Tani Desa Tepakyang. Bukannya disambut gembira, awalnya dia dianggap mengada-ada. Ia diremehkan, ditertawakan bahkan disepelekan.

“Ya awalnya disepelekan. Malah mau dibully,” ujar dia.

[NEXT]

Tetapi, Wakhid tak surut. Semangatnya justru semakin tinggi. Niatnya makin bulat untuk membantu petani.

“Anak muda sekarang sudah tidak ada yang mau jadi pengemudi traktor. Kalau sudah tidak ada lagi pengemudi traktor mau bagaimana?,” ucap dia.

Beruntung, kelompok taninya punya satu traktor otomatis. Traktor ini dimanfaatkannya sebagai protototipe traktor setan sesuai dengan yang dibayangkannya.

Bermodal nekat dan sedikit uang, Wakhid mulai merangkai sistem yang memungkinkan sebuah traktor bisa dikemudikan dengan remot. Semua suku cadangnya adalah piranti untuk sistem robotik.

“Saya beli dari teman. Suku cadangnya rata-rata impor. Tahu sendiri, barang-barang untuk hobi itu mahal,” ujarnya.

Tiba saatnya menjajal traktor setan di sawah, traktor remot ini benar-benar kesetanan. Traktor remot ini sukar dikendalikan. Kadang menggelinjang, seringkali terperosok atau nyungsep.

Wakhid merasa, pengetahuannya soal pertanian dan lahan pertanian masih terbatas. Karenanya, nyaris selama dua pekan, ia belajar kontur tanah dan lumpur, serta menyempurnakan karyanya ini.

[NEXT]

Traktor Setan Mampu Membajak 5 Hektare Sawah

Akhirnya, waktu yang ditunggu pun tiba. Traktor setan diluncurkan dan nyatanya benar-benar mampu beroperasi di sawah meski masih ada yang perlu disempurnakan.

“Kalau untuk wungkal (membajak) masih perlu penyempurnaan. Tetapi ini sangat efektif untuk nggelebek dan nggaru (meratakan dan melembutkan,” dia menjelaskan.

Meski masih berupa prototipe, namun dia pun mengklaim teknologi ini sudah bisa dimanfaatkan oleh petani. Kebetulan, Kebumen memasuki saat pengolahan lahan masa tanam pertama (MT 1) 2019 di akhir 2018 ini.

Traktor setan ini langsung beraksi. Namun, timbul masalah lagi. Kali ini bukan di traktor setan atau sistemnya yang bermasalah.

Yang bermasalah justru operator remot traktor setannya. Selain dituntut handal mengendalikan laju traktor, si operator setidaknya memang punya pengetahuan soal pertanian. Tetapi, jangan kecewa dulu. Meski masih ada kekurangan, akan tetapi traktor ini telah membajak sekitar lima hektar sawah.

“Sifatnya masih dikombinasikan dengan manual. Karena untuk welukunya kita masih butuh modifikasi,” terangnya.

Bahkan, Wakhid pun mengklaim traktor setan atau traktor remot ini lebih efisien. Sebabnya, manusia tak perlu ikut capek berputar-putar di sawah bersama traktor. Pengendali cukup mengendalikan si traktor setan dari pematang sawah atau gubuk.

Sebabnya, traktor ini bisa dikendalikan dari jarak 100 meter. Sementara, lebar petak sawah rata-rata tak sampai 100 meter. (*)