JAKARTA — Ketua Pengurus Pusat sekaligus Kepala Gugus Tugas Penanganan Covid-19 GP Ansor, Faisal Saimima, Rabu (3/3/2021) mengatakan bahwa gotong-royong adalah resep yang sesuai dengan gen anak bangsa dalam menghadapi cobaan bencana. Menurut dia, pandemi dan bencana alam yang terjadi di Indonesia memberikan banyak hikmah.
Ia mengatakan, gotong-royong yang tergambar dalam gerakan pentahelix perlu diperbanyak. Bahkan di berbagai provinsi yang rawan bencana ganda (pandemi Covid-19 dan bencana alam) perlu membangun koalisi pentahelix di tingkatan lokal.
“Gerakan pentahelix yang kami jalankan bersama Aice Group sudah membuktikan bahwa kombinasi dukungan swasta, pemerintah, dan banyak helix lain telah membantu gerakan Banser dalam membantu pengungsi di lokasi bencana yang terjadi,” jelas Faisal.
Baca Juga :
Dalam kesempatan yang sama, Brand Manager Aice Group, Sylvana mengatakan bahwa bencana ganda yang banyak terjadi saat pandemi ini perlu menjadi perhatian berbagai elemen penting bangsa. Menurutnya, cobaan pandemi covid-19 yang masih terjadi saat ini menjadi titik kritis dalam penanganan bencana alam yang terjadi.
Sylvana menyebutkan musibah banjir di Kalimantan Selatan (Kalsel) dan gempa di Sulawesi Barat (Sulbar) sudah memberikan pelajaran bahwa protokol kesehatan (prokes) dalam mencegah penularan Corona harus dijalankan berbarengan dengan penanganan bencana alam itu sendiri.
“Misi kemanusiaan Aice dan GP Ansor bersama elemen Pemerintahan, masyarakat dan media massa kami nilai efektif dalam membantu bencana di Kalsel dan Sulbar. Kami menyentuh banyak kalangan masyarakat di pengungsian yang rentan penularan saat bencana. Kolaborasi ini bukan hanya mendistribusikan bahan pokok dan tenda, namun juga masker medis berkualitas untuk menghindari penularan Corona.” Jelas Sylvana.
Ia melanjutkan, pelajaran dari misi kemanusiaan membagi-bagikan masker yang dilakukannya di bencana letusan vulkanik Gunung Merapi dan Semeru beberapa waktu lalu merupakan upaya mewaspadai potensi munculnya klaster pandemi baru di pengungsian.
Menurutnya, di masa pandemi ini masker memiliki peran yang tak kalah penting dibandingkan bahan pangan dan lainnya bagi masyarakat yang terdampak oleh bencana alam. Apalagi saat ini kapasitas perawatan pasien covid-19 baik di rumah sakit maupun instalasi karantina sudah menipis.
“Tentunya, keselamatan pengungsi dari bencana alam sekaligus infeksi virus berbahaya ini harus sama-sama dijaga,” ujarnya.
Lebih lanjut, Sylvana juga mengapresiasi kesigapan distributor Aice Wilayah Sulawesi Barat dan Kalimantan Selatan, Dedy Tan, yang terjun langsung ke lapangan dan membantu masyarakat.
“Pada saat terjadi bencana, kami langsung merespons hal tersebut. Dan, kami segera menyiapkan berbagai bahan makanan seperti beras, mie instan, air mineral dan roti serta masker medis Shield dan tenda yang dibutuhkan para pengungsi baik di wilayah Sulbar maupun Kalsel,” ungkapnya.
Pentingnya kecukupan masker medis berkualitas bagi pengungsi turut diamini oleh tim mobilisasi bantuan bencana GP Ansor. Kepala Satuan Koordinasi Wilayah Barisan Ansor Serbaguna (Satkorwil Banser) Sulawesi Selatan, Abbas Rauf Rani menjelaskan bahwa saat ini lembaganya menyertakan masker medis dalam paket bahan pangan yang dikirimkan ke pengungsi bencana gempa di Sulawesi Barat.
“Kami telah mengirimkan ratusan paket bahan pangan dan masker ke beberapa titik terparah bencana gempa di Majene dan Mamuju. Masker medis yang diberikan Aice Group masuk dalam SOP distribusi bencana ini. Kami ingin para pengungsi cepat pulih dari gempa, plus terhindar dari penularan covid-19,” harap Rani. (*)
Komentar