JAKARTA – Semakin meningkatnya kegiatan panjat tebing prestasi di Indonesia membuat kegiatan panjat tebing alam perlahan mulai ditinggalkan. Hal ini dapat terlihat dari minimnya eksplorasi tebing baru di Indonesia.
Selain itu porsi paling dominan yang dilakukan oleh Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI), baik pengurus pusat maupun daerah lebih menitikberatkan kepada pembinaan prestasi.
Baik itu peningkatan kualitas atlet, organisasi dan manajemen penyelenggaraan kompetisi juga dalam tahap awal pembinaan pelaku panjat tebing. Hampir semua dilakukan dalam rangka menjadikan panjat tebing sebagai olah raga prestasi.
Panjat tebing alam mulai ditinggalkan bahkan boleh dibilang tidak dilirik sama sekali pengelolaan, pembinaan dan pengembangannya. Terbalik dengan apa yang terjadi di olah raga panjat tebing Internasional, panjat tebing alam justru bersinergi kuat dengan panjat tebing prestasi.
Sebagai sub ordinasi dari Pengurus Pusat FPTI, Pengurus FPTI pengprov DKI Jakarta justru ingin membangkitkan kembali panjat tebing alam, walau notabanenya DKI Jakarta justru tidak memiliki sumber daya alam tebing.
Bekerjasama dengan Organisasi Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala Kampus), Siswa Pecinta Alam (Sispala), Klub Panjat Tebing di Jakarta dan juga Organisasi Pecinta Alam Leuwi Karet (Palikar), FPTI DKI Jakarta mengadakan acara Back to Rock yang berisikan pelatihan panjat tebing alam, pembuatan jalur panjat tebing dan juga sarasehan panjat tebing alam di Tebing Jeger, Desa Leuwi Karet, Kecamatan KlapaNunggal, Jawa Barat.
“Acara diselenggarakan pada tanggal 28 hingga 30 April dan dihadiri oleh 40 orang peserta dan menghasilkan 2 jalur baru di Tebing Jeger, Blok A” urai Bibin Ketua Bidang Tebing Alam FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia) DKI Jakarta, di jalan Haji Rasuna Said Kav C No 22, Karet Kuningan.
Diharapkan dari kegiatan ini dapat berkesinambungan untuk pembuatan jalur di Tebing Jeger Blok A dan Blok B yang masih sangat potensial untuk digarap. (*)