Logo Lintasterkini

Paradoks Reformasi Partai Golkar

Abdul Gaffar Mattola
Abdul Gaffar Mattola

Senin, 04 September 2017 16:07

Notrida Mandica, Anggota Dewan Pakar DPP Partai Golkar.
Notrida Mandica, Anggota Dewan Pakar DPP Partai Golkar.

LINTASTERKINI.COM – Keputusan DPP Partai Golkar memecat Ahmad Doli Kurniawan, aktivis Gerakan Muda Partai Golkar (GMPG). Kader PG ini dipecat sebab yang menuntut pengunduran diri Setya Novanto terkait kasus mega korupsi e-KTP.

Pemecatan Ahmad Doli Kurniawan menimbulkan tanda tanya di kalangan kader. Mengapa ditengah konsolidasi demokrasi, masih ada partai yang mempraktekkan budaya otoritarian? Mengapa perbedaan pendapat di kalangan intelektual politisi muda dibungkam melalui pemecatan?

Padahal prinsip demokrasi adalah menghargai perbedaan pendapat dan memberi ruang bagi kebebasan untuk menyatakan pendapat. Tindakan DPP PG tentu akan menjadi bumerang bagi pertumbuhan demokrasi di negara ini.

Pemimpin partai tidak menunjukkan keberpihakan pada prinsip-prinsip demokrasi dan memenjarakan kebebasan berfikir dan mengutarakan pendapat di kalangan generasi muda. Tindakan ini sangat bertentangan dengan prinsip reformasi politik.

Ketika Presiden Suharto dilengserkan 1998, salah satu tuntutan para reformer saat itu menuntut pemerintah untuk membuka keran kebebasan berpendapat dan keterbukaan dalam praktek pemerintahan. Partai Politik sebagai salah satu pilar demokrasi selaiknya mendukung proses konsolidasi demokrasi Sistem Politik Indonesia.

Bukan sebaliknya, partai malah  menumbuhkan kembali praktek otoritarian yang menakut nakuti para kadernya menyuarakan kritik perbaikan bagi partainya. Ketua Dewan Pakar DPP PG, Agung Laksono dengan tegas menyatakan ketidaksetujuan dengan praktek pemecatan kader oleh pimpinan DPP PG.

Sebab PG membutuhkan lebih banyak kader militan, bukan bertindak sebaliknya yang dapat menjauhkan para kader. Oleh karena itu, seharusnya budaya pecat ini segera ditangani oleh DPP Partai Golkar agar tidak menciptakan kebijakan yang merapuhkan PG sebagai organisasi dan dalam jangka panjang menghancurkan konsolidasi demokrasi di negara ini. (*)

 Komentar

 Terbaru

Nasional13 November 2025 00:33
Mafia BBM Rugikan Negara Trilyunan, Anggota Komisi III DPR RI Frederik Kalalembang : Kita Akan Panggil Kapolri dan Pertamina
JAKARTA — Praktik penyimpangan distribusi bahan bakar minyak (BBM) melalui jalur laut, yang dikenal dengan istilah “kencing di laut”, kembali me...
News12 November 2025 21:55
Belajar dari Makassar, BI Malang Puji Digitalisasi Perumda Pasar: Pasar Tradisional Tak Akan Mati
MAKASSAR  – Langkah digitalisasi yang dilakukan Perumda Pasar Makassar Raya menarik perhatian berbagai daerah di Indonesia. Kali ini, giliran K...
Ekonomi & Bisnis12 November 2025 20:54
Kominfo Makassar Gelar Bimtek Penyusunan Arsitektur dan Peta Rencana Pemerintah Digital
MAKASSAR – Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Kota Makassar menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) Penyusunan Arsitektur dan Peta Rencana P...
Ekonomi & Bisnis12 November 2025 20:11
Kuasa Hukum PT Hadji Kalla Sebut Bos Lippo Cuci Tangan Terkait Eksekusi Abal-Abal di Lahan Tanjung Bunga Makassar
MAKASSAR – Polemik eksekusi lahan di kawasan Tanjung Bunga kembali memanas. Menyusul aksi eksekusi yang disebut “abal-abal” di atas lahan mi...