LINTASTERKINI.COM– Kota Makassar atau sebutan Anging Mammiri memiliki sejumlah objek wisata yang tak tertandingi. Sebut saja pantai Losari yang merupakan icon Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Di pantai ini, pengunjung dapat melihat indahnya matahari terbenam sambil bersantai menikmati kuliner yang ada disana.
Selain itu juga terdapat wisata bahari, pulau cantik Samalona. Pulau Samalona ini, merupakan salah satu objek wisata bahari yang banyak dikunjungi wisatawan lokal dan mancanegara.
Dan tak kalah menarik, Makassar juga punya wisata sejarah seperti kota lainnya di Indonesia. Misalnya, bangunan megah dan menawan Benteng Fort Rotterdam yang berada di tengah keramaian kota. Di benteng ini, pengunjung akan menjumpai nuansa kejayaan pada masa lampau.
Baca Juga :
Benteng tersebut merupakan peninggalan sejarah dari Kesultanan Gowa, yang pernah berjaya sekitar abad ke-17. Kendati Kesultanan ini memiliki 17 buah benteng yang mengitari seluruh ibu kota. Namun, Benteng Fort Rotterdam merupakan benteng paling megah diantara benteng lainnya yang keasliannya masih terpelihara hingga kini. Benteng ini awalnya dinamakan Benteng Jumpandang (Ujung Pandang).
Pernah Hancur
Benteng ini pertama kali dibangun tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-X Imanrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung, atau Karaeng Tunipalangga Ulaweng.
Pada masa penjajahan Belanda, Benteng Fort Rotterdam pernah hancur ketika Belanda menyerang Kesultanan Gowa, yang saat itu dipimpin oleh Sultan Hasanuddin. Atas penyerangan itu, belanda dibawah pimpinan Gubernur Jendral Admiral Cornelis Janszoon Speelman, berhasil mengalahkan Sultan Hasanuddin.
Pihak Belanda akhirnya memaksa Sultan Hasanuddin untuk menandatangani perjanjian Bongaya pada tahun 1667, dimana salah satu pasal dalam perjanjian itu mewajibkan Kesultanan Gowa menyerahkan Benteng tersebut kepada Belanda.
Benteng Ujung Pandang (Fort Rotterdam)
Kemudian Belanda membangun kembali benteng yang sudah hancur dengan model arsitektur mereka, dengan tujuan sebagai pusat pemerintahan Belanda di wilayah Timur Nusantara (Indonesia), sekaligus pusat penampungan hasil bumi dan rempah-rempah.
Dari sinilah benteng Ujung Pandang berubah nama menjadi Fort Rotterdam yang merupakan nama tempat kelahiran Janszoon Speelman.
Ruang Tahanan
Selain benteng, di tempat ini pengunjung bisa menengok ruang tahanan sempit tokoh revolusioner dan pahlawan nasional Indonesia, Pangeran Diponegoro, sejak tertangkap di pulau Jawa, akibat kelicikan Belanda dalam perundingan damai. Sebelumnya, Pangeran dibuang ke Manado dan pada tahun 1834 dipindahkan ke Fort Rotterdam.
Sang Pangeran ditempatkan sebuah sel penjara yang berdinding kokoh dan melengkung sangat rendah. Sehingga jika pengunjung hendak memasuki ruang tahanan ini, harus menunduk. Diruangan itu Pangeran disedikan sebuah kamar kosong beserta pelengkap hidup lainnya, seperti peralatan shalat, alquran dan tempat tidur.
Dan setelah penahanannya, banyak yang meyakini jika Pangeran Diponegoro wafat di Makassar, lalu dimakamkan di kawasan sebelah utara benteng. Tapi ada juga versi lain menyebutkan, jika mayat Diponegoro tidak ada di Makassar. Begitu ia wafat, Belanda memindahkan ketempat rahasia agar tidak memicu letupan diantara pengikut fanatiknya.
Selain itu, pengunjung masih bisa menikmati hampir seluruh bangunan utuh dari Benteng Rotterdam. Dimana di dalamnya terdapat bekas gereja tua dan bangunan lain yang kini beralih fungsi menjadi pusat kebudayaan dan seni, serta menjadi Museum La Galigo dibawah kendali UPTD Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Makassar.
Akses Lokasi
Karena letaknya benteng di tengah Kota Makassar, sehingga mudah diakses. Pengunjung bisa menggunakan angkutan kota, taxi atau fasilitas pengantaran dari hotel tempat Anda menginap.
Jika dari bandara Hasanuddin, anda bisa melewati jalan tol, atau menggunakan angkutan umum menuju pantai losari. Karena dari pantai losari, pengunjung hanya perlu berjalan sekitar 15 menit. (*)
(Sumber : Wisatasulawesi.com)
Komentar