MAKASSAR – PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Regional 4 optimistis kinerja aktivitas ekspor atau pengiriman barang ke luar negeri tahun ini bakal mengalami pertumbuhan sebesar 10% seiring dengan fokus bisnis yang kini mulai ditangani anak usaha atau subholding Pelindo di beberapa pelabuhan kelolaan.
Regional Head 4 Pelindo, Enriany Muis mengatakan, peningkatan kinerja kegiatan ekspor yang akan dicapai pihaknya pada tahun ini tak lepas dari upaya Perseroan yang fokus pada pelayanan masing-masing jenis usaha yang dimiliki melalui anak usaha atau subholding yang terbentuk sejak Pelindo merger.
“Sejak merger pada 1 Oktober 2021 lalu, Pelindo kemudian membentuk 4 anak usaha atau subholding yaitu PT Pelindo Jasa Maritim yang fokus pada layanan jasa marine, peralatan, energi, dan jasa maritim kepelabuhanan lainnya, PT Pelindo Terminal Petikemas yang merupakan operator terminal yang memberikan pelayanan peti kemas, PT Pelindo Multi Terminal untuk menangani semua bisnis perusahaan yang berkaitan dengan operasi terminal multipurpose, serta PT Pelindo Solusi Logistik yang berfokus pada building capability and partnership, expanding connectivity, and beyond end-to-end integration,” terang Enriany.
Baca Juga :
Melalui 4 anak usaha yang dibentuk lanjut Regional Head 4, menjadikan pihaknya optimistis dapat mencapai target kinerja khususnya kegiatan ekspor di pelabuhan kelolaan, yang lebih baik lagi di tahun ini.
Untuk diketahui, beberapa pelabuhan kelolaan Pelindo Regional 4 sudah di serahterima operasi kepada subholding yang sesuai dengan klaster bisnis yang dijalankan. Dia mencontohkan Terminal Multipurpose Pelabuhan Makassar yang sudah di serahterima operasi kepada PT Pelindo Multi Terminal. Begitu juga Terminal Petikemas Makassar, Makassar New Port dan Terminal Petikemas di Pelabuhan Ambon yang juga sudah di serahterima operasikan kepada PT Pelindo Terminal Petikemas, serta beberapa pelabuhan kelolaan lainnya yang juga di serahterima operasi kepada PT Pelindo Jasa Maritim untuk pelayanan marine.
Dia menyebutkan, hingga September tahun ini pihaknya sudah mencapai kinerja untuk aktivitas ekspor di angka 15.242 TEUs (Twenty-foot Equivalent Unit, yakni satuan kapasitas kargo). Angka itu menurut Enriany, sudah mencapai 91,14% dari total ekspor tahun lalu yang sebesar 16.724 TEUs.
“Tahun lalu Pelindo Regional 4 berhasil mencapai kinerja ekspor sebesar 16.724 TEUs. Pada posisi September 2022 ini, capaian ekspor kita sudah di angka 15.242 TEUs. Kami optimistis hingga akhir tahun nanti akan ada peningkatan 10% dari capaian kegiatan ekspor di 2021 lalu,” bebernya.
Menurut Enriany, capaian kinerja ekspor tertinggi hingga September tahun ini berasal dari Terminal Petikemas Makassar (TPM), yakni sebesar 10.091 TEUs. Menyusul Makassar New Port atau MNP sebanyak 3.111 TEUs, lalu Kaltim Kariangau Terminal (KKT) sebesar 1.240 TEUs, Pelindo Regional 4 Nunukan 645 TEUs, dan Pelindo Regional 4 Balikpapan sebanyak 155 TEUs.
Senada dengan pertumbuhan ekspor, Pelindo juga mematok target kenaikan sebesar 10% untuk kegiatan impor atau barang yang masuk melalui pelabuhan-pelabuhan kelolaan di Regional 4.
“Pertumbuhan sebesar 10% itu dari capaian kegiatan impor tahun lalu, yakni sebanyak 18.115 TEUs. Alhamdulillah sampai dengan September tahun ini kegiatan impor di semua pelabuhan di Regional 4 sudah mencapai 12.498 TEUs atau sekitar 68,99%,” ujarnya.
Adapun pelabuhan di Regional 4 yang paling tinggi aktivitas impornya hingga September 2022 yakni KKT sebanyak 7.997 TEUs, menyusul TPM 2.546 TEUs, kemudian Nunukan 689 TEUs, lalu MNP 652 TEUs, Tarakan 452 TEUs, dan Balikpapan sebesar 162 TEUs.
Berkat transformasi digital yang dilakukan dan kerja sama melalui serah terima operasi kepada subholding atau anak usaha yang fokus pada klaster bisnis masing-masing, menurut Enriany, kinerja di beberapa pelabuhan kelolaan mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
“Dengan transformasi, kami dapat memangkas port stay dan cargo stay yang berimbas pada peningkatan kunjungan atau call kapal. Hal ini tentu saja turut mendongkrak kinerja ekspor impor khususnya di pelabuhan-pelabuhan kelolaan di Regional 4,” tutur Enriany.
Kondisi tersebut diamini Steven Kristianto L., Branch Manager PT Meratus Line Makassar. Menurut dia, saat ini kinerja Pelindo Regional 4 semakin baik. “Port stay yang sebelumnya mencapai 40 jam, kini bisa di bawah 28 jam,” katanya.
Meratus Line adalah salah satu perusahaan pelayaran besar yang menjadi konsumen atau pengguna jasa Pelindo. Dia mengatakan bahwa transformasi yang dilakukan Pelindo membuat pelayanan di hampir semua pelabuhan di Regional 4 sudah sama standarnya. “Baik pelabuhan besar maupun pelabuhan kecil,” ucapnya.
Dia juga menuturkan bahwa setiap pekan pihaknya selalu melakukan evaluasi terhadap semua terminal. Mulai dari Makassar, Belawan, Surabaya, hingga Jakarta. “Pada sekitar pertengahan bulan September lalu, kebetulan Makassar yang ranking satu. BSH-nya 53 boks per jam.”
BSH adalah Box Per Ship Per Hour (BSH), yaitu banyaknya boks kontainer yang mampu dibongkar atau dimuat oleh pihak terminal terhadap suatu kapal dalam setiap jam. Sebanyak 53 boks per jam yang sanggup dilakukan Terminal Petikemas Makassar (TPM) membuat kinerja Meratus juga meningkat. Jumlah call kapal meningkat.
“Bisa sampai empat call sepekan. Muatan segala macam, mulai dari rumput laut, beras, tepung, gula, dan sebagainya pun bisa lebih lancar dan cepat tiba ke tujuan. Setiap call rerata memuat 450 boks kontainer,” beber Steven.
Dia menambahkan, Meratus bahkan sudah mulai melayani rute internasional dari Makassar dengan kapal sendiri. Ada yang ke Shanghai dan Zhongshan. Kalau dari Jakarta, ada yang ke pelabuhan-pelabuhan di Malaysia.
Beberapa waktu lalu, Petugas Planning and Control Terminal Petikemas Makassar, Harry Purnomo menuturkan bahwa pasca merger, semua lini di Pelindo bertransformasi. “Termasuk kami di sini. Sekarang sudah kelihatan hasilnya. Kapal-kapal bisa lebih cepat sandar dan pergi.”
Dia menyebutkan, saat ini TPM memiliki 18 unit RTG atau Rubber Tyred Gantry Crane, yakni alat angkut yang berfungsi untuk memindahkan kontainer dari head truck ke container yard atau sebaliknya dan sebagai pengatur tumpukan susunan kontainer. Kemudian ada enam unit CC atau container crane, untuk membongkar atau memuat peti kemas dari dan ke dermaga ke kapal peti kemas atau memindahkan peti kemas dari satu tempat ke tempat lain di dalam palka kapal.
Armada lainnya adalah lima unit reach stacker, alat yang dipakai depo peti kemas dan satu side loader atau alat angkat untuk mengangkut beban dari arah samping, serta tiga unit forklift atau sejenis truk yang dioperasikan untuk mengangkat, memindahkan, dan menurunkan boks kontainer. “Sedangkan truk internal yang lalu lalang itu ada 33 unit,” pungkas Harry. (*)
Komentar