MAKASSAR – Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Sulsel, Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) dan Yayasan Sosial Budi Luhur Makassar menggelar Dialog Kebangsaan yang dilaksanakan di Golden Ballroom, Makassar Golden Hotel, Minggu (5/1/2017).
Dengan menghadirkan tujuh Narsumber dari Publik Figur yakni, mewakili Pangdam VII Wirabuana Kolonel Inf Andi Suyuti, Wagub Sulsel Ir. Agus Arifin Nu’mang, Wakapolda Sulsel Brigjen Pol. Drs. Gatot Eddy Pramono, MSi, Guru Besar Bidang Hukum Islam sekaligus Sekertaris NU Wilayah Sulsel Prof Dr. Arifin Hamid, SH, MH., Analis bisnis terkemuka Christanto Wibisono, pendiri doctorSHARE dr. Lie A. Dharmawan dan Jurnalis Senior Kompas Iwan Santosa.
Dialog ini mengangkat tema “Membela NKRI Dengan Dasar Bhineka Tunggal Ika,”. Kegiatan ini dihadiri pula tokoh-tokoh agama dari seluruh keyakinan yang diakui di Indonesia, Forum Perhimpunan Ummat Beragama serta unsur organisasi kepemudaan.
Menariknya, dalam dialog tersebut beragam keyakinan, ras dan etnis yang hadir nampak keharmonisan dan kekeluargaan terjalin satu sama lain.
“Kami ingin mengupas sejarah nilai-nilai kebangsaan yang melahirkan dan memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan, dan menguatkan nilai-nilai kebangsaan bagi generasi muda penerus bangsa,” kata Wagub Sulsel Agus Arifin Nu’mang pada sambutannya saat membuka dialog tersebut.
Pada sesi dialog Wakapolda Sulsel Brigjen Pil Gatot memaparkan bahwa kemerdekaan Indonesia tidak terlepas dari keinginan para pemimpin di kala itu untuk bersatu di dalam satu identitas kebangsaan sehingga perbedaan-perbedaan tidak lagi menjadi persoalan.
“Kita semua tahu Indonesia terdiri atas beragam budaya dan beragam pemikiran. Namun, beragam perbedaan dan beragam pikiran itulah sesungguhnya yang mengantarkan bangsa Indonesia ke gerbang kemerdekaan,” tegas Gatot.
Kedepan, sambungnya, tantangan globalisasi dan kebutuhan pangan/energi menjadi sasaran yang ingin diraih oleh negara superpower, Indonesia adalah satu-satunya negara dengan sumber energi dan kekayaan alam yang menjadi aset sangat berharga bagi masyarakatnya.
Dengan memegang teguh Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika, yakin dan percaya negara manapun yang ingin memecah belah dengan niat meraih kekayaan bangsa tidak akan bisa menerobos kuatnya persatuan masyarakat Indonesia.
Menurut Gatot, menjadi tantangan tersendiri bagaimana generasi muda saat ini memiliki semangat kebangsaan dan mampu menyatukan segala perbedaan serta mampu menempatkan pendidikan karakter sebagai sesuatu kekuatan bangsa.
Selanjutnya Kolonel Inf. Andi Suyuti menjelaskan dalam paparannya bagaimana agar Bhineka tunggal Ika menjadi central of gravity, dengan menjadikan Pancasila sebagai dasar perilaku masyarakat bangsa Indonesia sehingga terbentuk Bangsa yang kokoh dan tidak dapat terpecah belah oleh orang-orang yang ingin memecahbelah kesatuan Indonesia.
“Dokter Gila”, demikian gelar yang diberikan khalayak kepada dr. Lie A. Dharmawan tak ketinggalan berikan materinya. dr. Lie menyampaikan Bela Negara bukan berarti memerangi para penjajah tapi menurut dr. Lie bela negara adalah perbuatan dalam menjaga keutuhan bangsa yang telah sang Pencipta berikan, yang telah para pejuang lakukan untuk Negara kita tercinta.
Melalui profesinya sebagai dokter, dr Lie telah dedikasikan profesinya untuk Bela Negara dengan membuat Rumah Sakit Apung untuk berikan pelayanan kesehatan di tempat-tempat terpencil khususnya di daerah pesisir.
Sedikitnya sudah ada tiga Rumah Sakit Apung yang dibangun dr. Lie yang kesemuanya semata-mata untuk Bela Bangsa. (*)