PANGKEP – Persoalan pelayanan kesehatan di Kabupaten Pangkep masih menjadi sorotan. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya tenaga medis di daerah kepulauan.
Kabupaten Pangkep dikategorikan sebagai daerah yang memiliki wilayah kepulauan yang sangat luas, dibagi ke dalam daerah terpecil meliputi Puskesmas Bantimala, Puskesmas Liukang Tupabiring, Puskesmas Sabutung dan Puskesmas Sarappo. Kategori sangat terpencil, meliputi Puskesmas Sailus, Puskesmas Liukang Tangaya, Puskesmas Pamantauang dan Puskesmas Liukang Kalmas.
Seperti yang terjadi di Puskesmas Liukang Tangaya. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Pangkep menyebutkan, dari tujuh bidan yang dibutuhkan namun hanya satu orang bidan saja yang tersedia.
Untuk itu Pemda Pangkep beberapa tahun yang lalu berinisiatif untuk mengambil anak pulau untuk disekolahkan yang nantinya diharapkan dapat menambah jumlah tenaga medis di daerah kepulauan, khususnya pulau pulau terluar Pangkep.
Sekitar delapan orang terdaftar sebagai mahasiswa di salah satu sekolah kesehatan di Pangkep, dimana biayanya dialokasikan dari APBD. Kedelapan mahasiswa tersebut telah lulus tahun 2015 kemarin.
Setelah lulus, kedelapan anak pulau tersebut akhirnya kembali ke tempat asal mereka di daerah kepulauan. Dimana salah satu dari delapan bidan tersebut adalah Marwah, yang bertugas di Puskesmas Sailus.
Saat Sumarni datang berobat ke Puskesmas Sailus, Marwah sementara mengikuti ujian cpns di kota Makassar. Menurut Indriani Latif, Marwah sebenarnya datang satu jam setelah Sumarni meninggalkan puskesmas Sailus.
“Keberadaan Marwah di kota untuk mengikuti ujian cpns, yang ditunda tunda hingga tiga kali penundaan. Itu yang membuat Marwah bolak balik pulau ke kota,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pangkep, Dr Indriani Latif, Senin (5/9/2016).
Namun, Indriani membenarkan bahwa Sumarni memang harus dirujuk ke rumah sakit, karena kandungannya harus mendapatkan perawatan khusus yang tidak dapat dilakukan di puskesmas.
Namun yang disayangkan oleh Indriani adalah, seharusnya setiap ibu hamil apalagi yang membutuhkan perawatan khusus sudah harus di data jauh jauh hari. Dan itu sepertinya tidak dilakukan oleh Bidan disana.
Sumarni, meninggal di rumah sakit besar Sumbawa, beberapa jam setelah bayinya yang di vonis mati dalam perjalanan menuju rumah sakit. Setelah perawat di Puskesmas Sailus tidak dapat mengambil tindakan karena Bidan sedang ke kota.
Keterbatasan tenaga medis di pulau sebenarnya sudah menjadi persoalan klasik di Pangkep, namun hingga hari ini banyak dari tenaga medis di pulau yang justru berkeinginan pindah meninggalkan pulau.
“Beberapa tenaga medis di pulau ingin pindah, namun persoalan ini membuat saya enggan untuk membicarakan itu,” terang Indriani.
Karena persoalan ini, Indriani juga akan melakukan tindakan-tindakan termasuk memberikan sanksi dan teguran.
Indriani pun berjanji bahwa kasus ini akan menjadi kasus yang terakhir menyangkut masalah kesehatan di pulau. “Insya Allah ini yang terakhir. Mudah mudahan,” pungkas Indriani. (*)