MAKASSAR – Sejak dipimpin Moh Ramdhan “Danny” Pomanto selama dua periode (10 tahun), Kota Makassar semakin memantapkan langkahnya menuju pengakuan sebagai kota dunia yang resiliensi, sombere, dan cerdas untuk semua warganya.
Hal itulah yang akan dilanjutkan dan dikembangkan oleh Pasangan Calon (Paslon) Pilwali Makassar nomor urut 3, Indira Yusuf Ismail-Ilham Ari Fauzi Amir Uskara, jika terpilih pada 27 November 2024.
Setiap mengunjungi warga di berbagai titik wilayah, Ilham Fauzi selalu menekankan akan meneruskan program-program yang dianggap baik dan sudah dirasakan manfaatnya oleh semua masyarakat Kota Makassar, terlebih yang bermukim di lorong-lorong.
Baca Juga :
“Yang baik akan kami teruskan, dan yang kurang akan kami tambah perbaiki. Saya bersama ibu Indira mengusung visi Makassar Kota Dunia yang Resiliensi, Sombere, dan Cerdas untuk Semua. Kami berkomitmen untuk menciptakan kota yang tangguh, inklusif, serta ramah bagi semua lapisan masyarakat,” tandas Ilham Fauzi, saat melakukan kampanye di wilayah Kecamatan Tamalanrea, Sabtu (5/10/2024).
Menurut pemuda lulusan Teknik Sipil Internasional Universitas Indonesia ini, Makassar sebagai salah satu kota besar di Indonesia, terus mengalami perkembangan pesat dalam berbagai sektor. Mulai dari infrastruktur, ekonomi, hingga teknologi.
Meski begitu, Ilham Fauzi menekankan bahwa pertumbuhan fisik dan ekonomi harus sejalan dengan pembangunan manusia, budaya, dan ekosistem yang inklusif, sehingga semua warga merasakan manfaat dari kemajuan tersebut.
Resiliensi: Kekuatan Menghadapi Tantangan
Dalam konteks ini, resiliensi menjadi salah satu fokus utama. Ilham Fauzi atau yang aktab dipasa Daeng Tayang, menyatakan bahwa kota ini harus mampu menghadapi berbagai tantangan, baik dari segi perubahan iklim, bencana alam, hingga dinamika sosial dan ekonomi.
Bagi pemuda berusia 25 tahun ini, kota yang resiliensi adalah kota yang memiliki kemampuan untuk bangkit dari krisis dan tetap berkembang dengan baik.
“Resiliensi tidak hanya soal kemampuan menghadapi bencana alam, tetapi juga bagaimana kota ini mampu beradaptasi dengan perubahan zaman, termasuk dalam hal teknologi dan kebutuhan ekonomi warga,” ujarnya.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, kata Ilham, Pemerintah Kota Makassar telah meluncurkan berbagai program yang mendukung ketahanan lingkungan dan ekonomi, seperti program pengelolaan sampah berbasis masyarakat, peningkatan infrastruktur hijau, dan penguatan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sebagai tulang punggung ekonomi lokal.
“Di bawah kepemimpinan Pak Danny Pomanto, pemerintah kota telah membangun dari lorong. Baik itu secara infrastruktur maupun kehidupan sosial masyarakat. Kita lihat sudah banyak lorong wisata (longwis), dan itu sangat membatu kehidupan warga lorong. UMKM sangat terbantu dengan program itu,” ujarnya.
Sombere: Budaya yang Ramah dan Inklusif
“Sombere” merupakan istilah Bugis-Makassar yang berarti ramah, hangat, dan bersahabat. Nilai ini menjadi ciri khas masyarakat Makassar yang menjunjung tinggi keramahtamahan serta kebersamaan.
Ilham Fauzi Amir Uskara pun ingin memastikan bahwa budaya sombere ini tetap menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat, di tengah laju modernisasi dan urbanisasi.
Dalam visi “Makassar Kota Dunia”, budaya sombere diartikan sebagai bagaimana kota ini bisa menjadi tempat yang inklusif, di mana semua lapisan masyarakat, baik penduduk lokal maupun pendatang, merasa diterima dan dihargai.
Menurut Ilham Fauzi, hal ini juga mencakup upaya membangun komunitas yang harmonis, menghormati perbedaan, serta menjunjung tinggi toleransi.
“Pembangunan fisik saja tidak cukup. Karakter sombere harus terus dipertahankan dan dikembangkan. Ini yang membuat Makassar berbeda dan unik di mata dunia,” kata Ilham Fauzi.
Berbagai kegiatan budaya dan festival lokal juga diselenggarakan untuk mempromosikan nilai-nilai sombere ini, termasuk program edukasi bagi generasi muda tentang pentingnya menjaga budaya lokal sebagai identitas yang harus dipertahankan.
Cerdas untuk Semua: Teknologi dan Inovasi yang Inklusif
Selain resiliensi dan sombere, Makassar juga bergerak menuju konsep kota cerdas (smart city). Daeng Tayang menegaskan bahwa kecerdasan sebuah kota bukan hanya soal penggunaan teknologi, tetapi juga bagaimana teknologi itu dapat diakses dan dinikmati oleh semua kalangan masyarakat.
Jika terpilih, duet Indira-Ilham akan mengimplementasikan pengembangan berbagai program kota cerdas, seperti digitalisasi layanan publik, pengembangan infrastruktur teknologi informasi, dan program kota pintar berbasis data.
Salah satu contoh sukses adalah penerapan sistem transportasi cerdas yang akan lebih memudahkan warga mengakses transportasi umum secara efisien dan terintegrasi.
Pemuda segudang prestasi ini juga menggarisbawahi pentingnya inklusivitas dalam penerapan teknologi.
“Cerdas untuk semua berarti teknologi dan inovasi tidak hanya untuk sebagian orang, tetapi bisa diakses oleh semua warga, termasuk mereka yang berada di pinggiran kota dan kelompok rentan. Kita harus memastikan bahwa kemajuan digital membawa manfaat yang adil dan merata,” tegasnya.
Menuju Kota Dunia yang Harmonis
Sementara, Ilyas Arief, sebagai Juru Bicara (Jubir) Pasangan Calon (Paslon) nomor urut 3 berakronim “INiMi”, menambahkan terkait visi “Makassar Kota Dunia yang Resiliensi, Sombere, dan Cerdas untuk Semua”.
Menurut Ilyas, Makassar akan menjadi kota yang tidak hanya maju secara ekonomi, tetapi juga unggul dalam hal ketahanan, inklusivitas, dan kecerdasan teknologi.
“Masyarakat luas harus menyambut baik program visi ini, melihat bahwa upaya kolaboratif antara pemerintah, sektor swasta, dan komunitas lokal akan memberikan dampak positif yang berkelanjutan,” ujar Ilyas.
Ilyas juga berharap bahwa melalui visi ini, Makassar bisa menjadi contoh bagi kota-kota lain di Indonesia maupun dunia dalam membangun kota yang berkarakter dan adaptif terhadap tantangan zaman.
“Makassar bukan hanya ingin menjadi kota yang maju secara teknologi, tetapi juga kota yang kuat menghadapi berbagai tantangan, kota yang ramah dan menyambut semua orang, serta kota yang cerdas dan siap menghadapi masa depan,” tandasnya.
“Kita ingin Makassar menjadi kota dunia yang tidak hanya maju secara fisik, tetapi juga resiliensi, ramah, dan inklusif bagi semua warga, dengan pendekatan teknologi yang cerdas dan berkeadilan,” tutup Ilyas.(*)
Komentar