Lintas Terkini

Simak Sejarah Baju Koko Yang Banyak Tidak Diketahui 

baju koko berasal dari baju thui khim yang merupakan baju sehari-hari warga Tionghoa.(Foto:ist)

Masyarakat Indonesia pada umumnya mengenakan baju koko saat Lebaran.

Selain hari raya, baju koko juga kerap dikenakan muslim laki-laki saat shalat maupun menghadiri acara keagamaan.

Meskipun identik dengan baju muslim, ternyata baju koko berasal dari China.

Lantas, bagaimana sejarah dan apa makna nama baju koko? Simak ulasannya berikut ini

Glenn Wijaya, Pembina di Dewan Pimpinan Wilayah Ikatan Pemuda Tionghoa Indonesia (IPTI) Provinsi DKI Jakarta, mengatakan baju koko berasal dari baju thui khim yang merupakan baju sehari-hari warga Tionghoa.

Baju koko itu berasal dari baju thui khim, dalam bahasa hokkien, atau kalau bahasa mandarin harusnya dui jin shan,” ujarnya.

Lantas, apa makna nama baju koko?

Ada sejarah unik mengenai asal nama baju koko. Glenn menuturkan nama baju koko diperkirakan muncul lantaran pemakainya terdahulu adalah engko-engko Tionghoa. Lambat laun, penyebutannya menjadi baju koko dalam bahasa Indonesia.  “Nama baju koko karena banyak yang pake engkong-engkong Tionghoa zaman dulu,” tutur Glenn.

Diduga awal mula istilah baju koko muncul karena warga Tionghoa yang menggunakan baju thui khim tersebut dikenal sebagai engko-engko

Dalam bahasa Indonesia, panggilan tersebut berkembang menjadi koko, sehingga baju yang dikenakan disebut baju koko.

Lantas, kenapa baju koko jadi identik dengan pakaian muslim padahal berasal dari Tionghoa?

Glenn menuturkan, baju muslim awalnya menyerupai model baju Surjan yang merupakan baju tradisional Jawa.

Nama Surjan berasal dari dua suku kata, yaitu “su” dan “ja”.  Artinya adalah nglungsur wontern jaja atau meluncur melalui dada. Oleh sebab itu, baju Surjan ini memiliki panjang yang sama di bagian depan dan belakang.

Kemudian, saat etnis Tionghoa memasuki Indonesia, baju Surjan tersebut mendapatkan pengaruh dari baju thui khim yang dipakai oleh warga Tionghoa.

“Kenapa koko itu identik sama baju muslim? Sebab, pertama modelnya pas, menutup aurat dan sopan sekali, dan bahannya itu longgar, nyaman. Jadi, dari dulu itu pas untuk iklim tropis seperti di Indonesia,” paparnya

Untuk diketahui, kedatangan warga Tionghoa ke Indonesia pertama kali yakni awal abad ke-5 masehi, sekitar tahun 414.  Warga Tionghoa yang melakukan perjalanan ke India terdampar di Jawa, kemudian mulai berdagang.

Hingga awal abad ke-20, warga laki-laki Tionghoa yang tinggal di Indonesia mengenakan busana thui khim, yang dipadukan dengan celana panjang semata kaki untuk kegiatan sehari-hari. Lambat laun, baju thui khim tersebut juga dipakai oleh warga Indonesia karena kerap membaur dengan Tionghoa.

Sementara itu, Glenn menuturkan warga Tionghoa sendiri mulai meninggalkan baju model thui khim tersebut, setelah mendapat persamaan derajat dengan orang Eropa. Usai peristiwa tersebut, warga Tionghoa lebih suka memakai baju modern ala barat.

Sejak berdirinya Perhimpunan Tionghoa di Hindia Belanda pada 1911, baju thui khim mulai ditinggalkan. Para laki-laki Tionghoa sudah diperbolehkan menggunakan pakaian Belanda.

Paling sekarang yang mirip baju koko, dipakai untuk acara Sangjit, yaitu baju Changshan yang kerahnya mirip dengan baju koko,” jelasnya. (***)

Exit mobile version