JAKARTA — Masa libur panjang Natal dan akhir tahun 2020 mendatang diharapkan tak menjadi musim lonjakan kasus baru Covid-19.
Satgas Penanganan Covid-19 menegaskan, hal ini cukup beralasan, pasalnya dari pengalaman pada masa libur panjang sebelumnya, peningkatan jumlah penambahan kasus terkonfirmasi positif akan terjadi sekitar 2 pekan setelahnya.
“Setiap periode libur panjang berlangsung, panen kasus pasti akan terjadi pada 10 sampai 14 hari setelahnya,” ungkap Juru bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito, Kamis (3/12/2020).
Baca Juga :
Dalam mengantisipasi masa libur panjang Natal dan Tahun Baru 2021, Satgas Covid-19 Pusat menyarankan ada beberapa hal yang harus dijadikan pelajaran untuk mengantisipasi kenaikan kasus. Pertama, kepada seluruh Kepala Daerah untuk mengoptimalisasi penegakkan disiplin protokol kesehatan.
“Lakukan pendisiplina protokol kesehatan ini tanpa pandang bulu kepada seluruh masyarakat,” tegas Wiku.
Pemerintah daerah harus berani membubarkan kerumunan dan melakukan amplifikasi kampanye 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan. Masyarakat harus mengerti bahwa di masa pandemi ini, aplikasi 3M merupakan kewajiban dan bukan pilihan.
Kedua, masyarakat diminta untuk bijaksana dan sadar untuk meminimalisasi mobilitas. Karena, dari hasil temuan dari Yilmazkuday tahun 2020, menyebutkan peningkatan intensitas untuk tetap di dalam rumah.
Dari hasil studinya, dengan menurangi kunjungan ke area publik sebesar 1%, sudah dapat mengurangi puluhan kasus dan kematian Covid-19 per minggu. Temuan ini, lanjut Wiku, harusnya dapat memotivasi kita semua untuk mengambil pilihan bijak yaitu tinggal di rumah dan menghindari keramaian.
Meskipun sulit, Wiku berharap masyarakat sepenuhnya sadar bahwa pilihan untuk mengurangi kunjungan ke area publik untuk melindungi diri sendiri dan utamanya orang-orang terdekat.
Ketiga, ada beberapa alternatif kegiatan lainnya yang dapat dipilih dalam mengisi masa libur Natal dan Tahun Baru 2021. Seperti virtual tour ke tempat-tempat wisata dan lainnya.
“Atau bisa juga memilih untuk staycation ( stay vacation ). Pada prinsipnya, pilihan kegiatan tersebut memungkinkan masyarakat untuk berlibur tanpa menimbulkan kerumunan, yang tentunya meminimalisir potensi penularan Covid-19,” pungkas dia.
(*)
Komentar