LINTAS TERKINI – Rasa manis memang menyenangkan namun kita sebaiknya mengonsumsi lebih sedikit gula. Sebuah studi baru menemukan mungkin bagi kita untuk menurunkan konsumsi makanan dan minuman manis.
Faktor yang sedikit dibahas yang membuat diet menjadi sulit adalah masalah toleransi. Tubuh kita terbiasa mendapatkan sejumlah lemak, gula dan garam. Semakin banyak kita makan, semakin terbangun toleransi.
Hal itu membuat kita membutuhkan semakin banyak lemak, gula dan garam untuk mendapatkan “rasa” yang diinginkan.
Baca Juga :
Sebuah studi membuktikan, sangat mungkin untuk mengembalikan kecenderungan itu dan menenangkan keinginan untuk makan serba manis. Studi-studi lain menemukan mungkin bagi kita untuk melatih kembali lidah agar menginginkan lebih sedikit garam dan jumlah makanan sama yang dapat diterima untuk merasakan kembali cukup asin.
Saat ini sebuah studi kecil yang diterbitkan di jurnal terbitan AS Clinical Nutrition menemukan bahwa pelatihan yang sama dapat mengurangi citarasa seseorang akan makanan dan minuman serba manis.
Penelitian itu merekrut 29 orang yang secara teratur minum paling tidak dua minuman manis sehari. Para sukarelawan ini diminta merating kemanisan beberapa puding dan minuman.
Lalu separuh dari sukarelawan mengurangi gula sampai 40 persen (mereka dapat melakukannya dengan makan atau minum apa pun yang diinginkan) dan membolehkan separuh sukarelawan lainnya melanjutkan pola makannya yang biasa.
Setelah tiga bulan, para sukarelawan penelitian yang didanai Monell Chemical Senses Center dan PepsiCo kembali makan apa pun yang diinginkan selama sebulan.
Para ilmuwan memonitor segala perubahan pada asupan gula mereka dengan meminta mereka merating puding dan minuman yang sedikit diberi pemanis.
Mereka yang menurunkan jumlah asupan gula selama penelitian secara konsisten melaporkan puding dan minuman dengan sedikit gula terasa lebih manis dibandingkan kelompok yang tidak mengurangi konsumsi gulanya.
Hal ini menunjukkan rasa atau toleransi terhadap gula sudah berubah setelah menguranginya. Efek tersebut lebih kuat pada puding dibanding minuman. Ini terkait dengan perbedaan cara makanan padat dan cair diproses oleh tubuh kita.
Efek itu tidak akan hilang ketika mereka kembali makan apa pun yang mereka inginkan. Kelompok yang sudah mengurangi jumlah konsumsi gula kembali makan gula sebanyak yang mereka mulai dalam penelitian.
Selama studi juga ditemukan, mereka yang mengurangi gula tidak melaporkan perubahan kesenangan dalam mengonsumsi puding atau minuman manis. Kesenangan dan “reward” merupakan salah satu faktor yang menurut sejumlah ahli ada hubungannya dengan pemilihan makanan.
Penemuan ini membuktikan kecanduan gula mungkin diatasi. Penelitian ini masih membutuhkan lebih banyak riset untuk membuktikan toleransi kita atau “rasa” terhadap makanan dapat disesuaikan. (*)
Komentar