MAKASSAR– Suasana haru menyelimuti Rumah Sakit Bhayangkara, Makassar, Jumat (7/2/2025). Kapolres Pelabuhan Makassar, AKBP Restu Wijayanto, tak mampu membendung air matanya saat melihat langsung kondisi dua bocah yang menjadi korban penyekapan dan kekerasan keji oleh kedua orang tuanya.
Didampingi sang istri, Ny. Ruthi Restu, Kapolres menyaksikan sendiri tubuh kecil IS (8) dan SF (9) yang terbaring lemah di ranjang perawatan. Kedua bocah itu mengalami luka di sekujur tubuh, dengan kondisi fisik yang mengenaskan. Tubuh mereka sangat kurus, tulang-belulang terlihat jelas di balik kulit yang pucat, menandakan betapa panjangnya penderitaan yang mereka alami.
Siksaan yang Tak Terbayangkan
AKBP Restu Wijayanto mengungkapkan bahwa kondisi kedua anak tersebut sudah mulai membaik setelah mendapat penanganan medis. Namun, dari hasil pemeriksaan dokter, keduanya mengalami kurang gizi parah akibat tidak diberi makan secara layak.
Baca Juga :
“Kondisi dua korban memang sangat mengkhawatirkan. Berdasarkan assessment dari dokter, mereka mengalami kurang gizi, tubuhnya sangat kurus sekali. Dari cerita yang kami dapatkan, mereka juga mengalami berbagai bentuk kekerasan,” tutur Restu dengan suara bergetar.
Saat ditemukan, tubuh IS dan SF penuh luka, termasuk luka bakar akibat siraman air panas. Lebih mengerikan lagi, ada luka di leher yang diduga akibat hantaman benda tumpul. Bahkan, di tempat kejadian perkara (TKP), petugas menemukan rantai besi dan gembok yang digunakan untuk mengikat mereka.
“Ada banyak luka di tubuh mereka. Dari hasil visum, ditemukan luka bakar yang diakibatkan siraman air panas. Keterangan dari saksi juga menguatkan bahwa mereka sering disiksa dengan cara tidak manusiawi,” ucap Kapolres dengan nada geram.
Terkurung dalam WC
Dari hasil penyelidikan, diketahui bahwa dua bocah malang itu telah disekap selama lebih dari satu minggu. Mereka dikurung dalam sebuah kamar mandi di sebuah wisma yang menyerupai kos-kosan di Kecamatan Wajo, Kota Makassar. Selama dalam penyekapan, mereka tidak hanya mengalami kekerasan fisik, tetapi juga diikat dengan rantai.
“Terakhir mereka disekap pada 31 Januari, dan mulai dirantai di dalam WC sejak 3 Februari. Selama itu mereka mengalami berbagai bentuk kekerasan,” ungkapnya.
Pengungkapan kasus ini bermula pada Kamis malam (6/2/2025), ketika pihak kepolisian menerima laporan dari masyarakat tentang adanya dua anak yang disekap dalam kondisi mengenaskan. Tim Opsnal Polres Pelabuhan Makassar dan Polsek Wajo segera bergerak dan menemukan mereka dalam keadaan mengenaskan.
“Kami segera mengecek lokasi setelah mendapatkan informasi dari warga, dan ternyata benar. Mereka ditemukan dalam keadaan sangat memprihatinkan di dalam WC,” jelas Kapolres.
Petugas pun langsung mengevakuasi korban ke Rumah Sakit Bhayangkara untuk mendapatkan perawatan intensif, sementara kedua orang tua mereka, yakni sang ayah kandung berinisial AY (37) dan ibu tiri NI (28), langsung diamankan oleh Unit PPA Polres Pelabuhan Makassar.
Motif Kekerasan: Anak Dianggap Nakal
Dari hasil pemeriksaan sementara, AY dan NI melakukan tindakan keji ini dengan alasan menganggap anak-anak tersebut nakal. Bukannya memberikan bimbingan, mereka justru menyiksa dan mengurung anak-anak itu seolah tidak memiliki belas kasih sedikit pun.
“Alasan mereka karena menganggap anaknya nakal. Tapi, yang mereka lakukan bukan sekadar menghukum, melainkan penyiksaan. Selain dikurung, anak-anak ini juga mengalami berbagai bentuk kekerasan fisik. Bahkan, mereka diduga tidak diberi makan dengan layak,” tutur Kapolres dengan nada prihatin.
Saat ini, polisi masih terus melakukan penyelidikan untuk mengungkap lebih jauh kekejaman yang dialami kedua bocah tersebut. Sementara itu, kondisi IS dan SF terus dipantau oleh tim dokter untuk memastikan mereka bisa pulih, baik secara fisik maupun mental.
“Kami akan mendalami kasus ini lebih lanjut dan memastikan kedua korban mendapatkan perlindungan serta pemulihan yang layak. Kami juga akan memberikan pendampingan psikologis agar trauma yang mereka alami bisa pulih,” tutup AKBP Restu Wijayanto. (*)
Komentar