LINTASTERKINI.COM – Profesi bidan merupakan pekerjaan nan mulia. Selain membantu proses persalinan, bidan juga berperan penting demi menyelamatkan nyawa sang ibu dan si jabang bayi. Tak sedikit hambatan yang dilewati untuk menembus bukit-bukit dan hutan belantara, demi tugas mulia, seperti yang dilakoni Bidan Desa Jojjolo, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Yenni Embong Bulan, A.Md.Keb (28).
Memang, menjadi bidan tak semudah membalikkan telapak tangan. Tahap demi tahap yang sulit harus dilalui. Dimulai dari sekolah atau pendidikannya hingga akhirnya lulus ujian praktik dan membuka praktik seperti bidan.
Jalan berbukit, naik turun lereng pebukitan, bahkan menembus hutan, tak jadi penghalang bagi Bidan Yenni Embong Bulan, A.Md.Keb, (28). Bidan yang warga Desa Salassae ini, merupakan alumni Akademi Kebidanan (Akbid) Bina Sejahtera Rantepao, Kabupaten Toraja Utara, tepatnya 2010 lalu.
Bidan yang bekerja di Poliklinik Desa (Polindes) Jojjolo ini bersuamikan Muhammad Jafar. Ia telah dikaruniai dua orang anak masing-masing, Ikrar Al Muqtadir Parani (5) dan Salsabila Izdihaar Parani (3).
Dalam kesehariannya Yenni, Bidan Desa Jojjolo, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bululumba ini dengan jumlah penduduk sekitar 4.206 jiwa, yang menempati 8 dusun. Untuk sektor kesehatan, di desa ini terdapat 1 puskesmas pembantu (pustu) dan 1 polindes, yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat setiap hari, serta 8 pos pelayanan terpadu (posyandu) yang memberikan pelayanan setiap bulan di setiap dusun.
[NEXT]
Untuk kesehatan ibu dan anak, Dinas Kesehatan Bulukumba, melalui Puskesmas Salassae yang telah menempatkan seorang bidan PTT, Yenni Embong Bulan dan 2 bidan magang, Elfi dan Arnida sebagai pendamping. Selain memberikan pelayanan di fasilitas kesehatan (polindes), bidan Desa Jojjolo juga aktif melakukan kunjungan ke rumah penduduk, terutama ibu hamil, ibu nifas, dan ibu menyusui.
Meski kondisi jalan berdebu saat kemarau, berlumpur saat hujan, namun tak menyurutkan semangat bidan untuk melakukan kunjungan dari rumah ke rumah. Selain memberikan pelayanan pengobatan, bidan juga mengedukasi masyarakat, terutama ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui akan pentingnya menjaga kesehatan.
Khusus untuk ibu hamil, bidan desa intens melakukan pemeriksaan dan menyarankan ibu hamil agar bersalin di fasilitas kesehatan yang disiapkan oleh Pemerintah. Karena Polindes belum memenuhi standar untuk layanan persalinan, maka ibu hamil diarahkan ke Pelayanan Kesehatan Masyarakat (PKM) terdekat.
“Perjuangan kami tidak akan terhenti, walaupun masih banyak kendala yang dihadapi, berbagai upaya yang dilakukan agar ibu-ibu rutin memeriksa kehamilan, serta melahirkan pada fasilitas yang sudah disiapkan, memang belum berjalan mulus, terbukti masih banyak ibu bersalin di rumah dengan berbagai alasan. Ini adalah tantangan seorang bidan desa,” kata Bidan Desa Yenni Embong Bulan, Sabtu (8/4/2017).
Perjuangan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) tidak hanya menjadi tanggungjawab petugas kesehatan. Tapi menjadi tanggungjawab bersama. Para bidan tersebut dinilai telah banyak berkontribusi pada program menekan angka kematian ibu dan bayi di semua daerah di Indonesia.
Dari hasil survey, hampir 1.000 kasus kematian ibu dan bayi per bulan terjadi di Indonesia. Dengan demikian, pemerintah selain memperhatikan angka kematian tersebut, juga harus peduli terhadap bidannya. (*)