JAKARTA – PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk terus berupaya memutar otak untuk meningkatkan kinerja pada Semester II 2016. Menengok ke belakang, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini menelan kerugian Rp 821 miliar pada Semester I lalu.
Direktur Utama Garuda Indonesia Arif Wibowo mengungkapkan, strategi bisnis yang dilakukan pada Semester II adalah dengan efisiensi besar-besaran.
“Pertama kami akan lakukan efisiensi tidak hanya dari operasional, tetapi juga dari biaya-biaya perawatan pesawat. Alasannya, memang pada Semester I kemarin itu perawatan pesawat membutuhkan biaya yang sangat besar,” kata Arif di JCC, dikutip dari liputan6.com, Kamis (8/9/2016).
Mengenai biaya perawatan pesawat ini, Arif mengaku tengah melakukan negosiasi ulang kepada para lessor yang sudah menjalin kerja sama dengan Garuda Indonesia. Setidaknya ada 27 lessor yang bekerjasama dengan Garuda Indonesia yang saat ini sedang dinegosiasi.
“Renegosiasi ini bukan pekerjaan mudah, dan kami sedang lakukan upaya besar-besaran untuk itu,” tegas Arif.
Garuda Indonesia juga sedang bernegosiasi dengan beberapa perusahaan pesawat seperti Boeing, Airbus, Bombardier dan ATR untuk bisa menjadwal ulang pembayaran (redelivery payment) beberapa pesawat yang tengah dipesan.
Dari upaya yang dilakukan itu, Arif mentargetkan mampu menghemat biaya hingga akhir tahun mencapai US$ 200 juta. Namun penghematan ini masih di luar biaya untuk bahan bakar. “Jadi semester II ini saya kira akan lebih positif,” tutupnya. (*)