LINTASTERKINI.COM – Peretas yang dibekingi pemerintah Rusia telah mencuri dokumen-dokumen rahasia National Security Agency (NSA) pada 2015 lalu. Setidaknya begitu menurut sumber dalam yang enggan jika identitasnya disebutkan.
Pencurian dokumen NSA antara lain terkait informasi jaringan komputer luar negeri dan perlindungan dari serangan siber. Kasus ini disebut-sebut sebagai pelanggaran keamanan NSA yang paling signifikan.
Masih menurut sumber dalam, peretasan oleh Rusia digadang-gadang berkat bantuan software anti-virus Kaspersky. Isu itu buru-buru dibantah oleh perusahaan asal Moskow tersebut.
“Kami belum mendapat bukti atas keterlibatan kami dalam peretasan NSA,” ujarnya.
Perwakilan NSA enggan mengumbang opini ketika ditanya isu peretasan oleh Rusia. Menurut salah satu agen, mereka “dilarang berkomentar soal isu personal perusahaan dan afiliasinya”.
Jika kabar ini terkonfirmasi, artinya NSA telah beberapa kali kebobolan. Peretasan NSA pertama yang ramai diperbincangkan terjadi pada 2013 lalu, ketika seorang pegawai NSA bernama Edward Snowden membocorkan dokumen rahasia lembaga intelijen itu ke media massa.
Selanjutnya, pegawai NSA bernama Harold Martin juga sempat dituduh sebagai pengkhianat. Setelah melalui proses hukum yang berlangsung, belakangan Harold Martin dinyatakan tak bersalah.
Senator Republikan, Ben Sasse, mengatakan NSA harus bergegas mencari solusi atas masalah pegawainya yang acap kali mengumbar informasi rahasia, sebagaimana dihimpun KompasTekno, Minggu (8/10/2017) dari Wall Street Journal.
“Rusia jelas-jelas adalah musuh di dunia maya dan kita harus mencari solusinya bersama-sama,” kata Ben Sasse.