PINRANG – Meski hidup hanya ditemani beberapa ekor ayamnya di dalam sebuah gubuk yang berdinding daun kelapa beralaskan tanah, I Mari (75), warga kampung baru Desa Wae Tuoe Kecamatan Lanrisang Kabupaten Pinrang, tetap terlihat tegar menjalani kehidupannya.
Mirisnya, lokasi tempat tinggal nenek Mari yang berada di pesisir pantai, membuat dirinya setiap hari harus bergelut melawan dinginnya cuaca pantai, ditambah serangan abrasi pantai yang sewaktu-waktu bisa saja memporak-porandakan gubuk reotnya tersebut.
“Saya tidak mau pindah nak, banyak ternak ayam yang saya jaga, dan malu numpang juga tinggal sama keluarga” ucap nenek Mari dalam bahasa bugis saat dikunjungi awak media, Kamis (9/3/2017).
Mari menuturkan, untuk makan nasi, dia bergantung dari pembagian raskin yang diberikan Pemerintah setempat.
“Kalau stok beras raskin saya sudah habis, kadang saya tidak makan dan hanya menyalakan api saja untuk mengusir dingin dan menghilangkan rasa lapar,” akunya dengan sedih. (*)