Jakarta – Wakil Menteri ESDM Rudi Rubiandini mendorong harga BBM subsidi segera dinaikkan minimal menjadi Rp 6.000/liter. Jika ini terjadi maka anggaran subsidi BBM bisa hemat Rp 56 triliun.
“Kalau harga BBM subsidi dinaikan langsung Rp 1.500/liter atau menjadi RP 6.000/liter maka negara bisa menghemat Rp 56 triliun dari subsidi BBM,” kata Rudi di Jakarta, Kamis (10/1/2013).
Jika kenaikan ini dirasa berat, maka pemerintah dalam hal ini Menteri Keuangan sebagai yang punya wewenang menaikkan harga BBM subsidi, bisa menyicil kenaikan harga tersebut tiap 3 bulan Rp 500/liter. Mekanisme kenaikan tiap 3 bulan ini sudah dilakukan untuk tarif dasar listrik (TDL).
“Tapi kalau naik langsung berat bagi masyarakat, bisa dicicil Rp 500 per liter per triwulan, dengan cara tersebut pemerintah dapat menghemat Rp 40-45 triliun per tahun,” tandas Rudi.
Hasil penghematan tersebut, ujar Rudi, bisa digunakan Pemerintah untuk membangun infrastruktur lainnya seperti jalan, sekolah, jembatan, dan sarana kesehatan.
“Penghematannya bisa kita buat bangun jembatan, jalan, rumah sakit, dari pada trilunan rupiah dibakar begitu saja,” tandas Rudi.
Sebelumnya Rudi mengatakan, kenaikan harga BBM subsidi bisa dilakukan hingga mencapai Rp 6.500/liter. Ini harus dilakukan agar kuota BBM subsidi tahun ini sebesar 46 juta kiloliter (KL) tidak membengkak tinggi. Dari kajian Rudi, apabila harga BBM subsidi naik menjadi Rp 6.000/liter, maka kuota konsumsi tahun ini bisa mencapai 48,67 juta KL atau sudah melewati kuota yang ditetapkan.
Namun apabila tidak ada kenaikan harga sama sekali, maka kuota BBM subsidi tahun ini bisa mencapai 50 juta KL.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo sebelumnya juga mengatakan tidak mau begitu saja mengambil keputusan kenaikan harga BBM subsidi. Agus Marto ingin ada tindakan dari Kementerian ESDM untuk menahan dan mengendalikan konsumsi BBM subsidi agar tidak melonjak dan menyedot anggaran negara.
“Sektor yang harus menjaga itu adalah ESDM bersama dengan jajarannya. Kalau seandainya aspek yang lain secara umum terkendali dan baik, tapi untuk BBM bersubsidi itu jadi perhatian,” tegas Agus Marto.
(dtc)
Komentar