Perekonomian Sulsel Masih Tumbuh Tinggi

MAKASSAR – Kantor perwakilan Bank Indonesia Wilaya I Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua), menunjukkan bahwa perekonomian Sulses pada 2014 masih tumbuh tinggi meski terdapat indikasi perlambatan. Hal itu terlihat dari perkembangan harga, tekanan inflasi Sulses pada periode mendatang diperkirakan akan mereda, meskipun di awal tahun inflasi Sulsel tercatat sebesar 1,11 persen (mtm) atau 6,43 persen (yoy).
Hasil survey konsumen Januari 2014 mengindikasikan bahwa tekanan harga pada 3 dan 6 bulan mendatang akan sedikit mereda namun tetap berada pada level yang tinggi. Keyakinan bahwa level harga masih tinggi didorang oleh penguatan permintaan selama Pemilu Legislatif tanggal 9 April 2014, Pemilu Presiden tanggal 9 Juli 2014, hingga periode masa puasa dan lebaran yang akan jatuh pada bulan Juli 2014.
Ekspektasi tersebut juga ditunjukan oleh hasil dari survey penjualan eceran bahwa tekanan kenaikan harga. Antara lain dipengaruhi kenaikan UMP Sulsel sebesar 25 persen.
Sementara itu, hasil survey harga properti residensial menunjukan bahwa tren kenaikan harga jual rumah tinggal di pasar perdana masih akan terus berlanjut, selain faktor permintaan yang masih tetap tinggi, kenaikan rumah di sebabkan oleh naiknya harga bahan bagunan, upah pekerja, serta biaya perijinan. Disisi lain kebijakan loan to value dan larangan inden KPR kedua dari Bank Indonesia, dalam skala tertentu telah berhasil mengerem laju penjualan rumah khususnya rumah tipe besar di atas 70m2 serta laju penyaluran kredit properti.
“Faktor lain yang dinilai turun mendorong penurunan penjualan rumah adalah suku bunga KPR yang cukup tinggi,” ujar Direktur Eksekutif Suhaedi, Jumat (7/2/2014) lalu. (azho)