MAKASSAR – Seleksi pemain pendukung Film layar lebar ‘Pamanca’ di sejumlah daerah di Sulawesi Selatan dimulai Selasa, (14/3/2017). Kru Pamanca Movie akan memulai mencari calon aktor dan artis pendukung di Kota Parepare, yang dilanjutkan ke Bone, Bulukumba dan berakhir di Makassar.
Hal itu dikemukakan Kru Pamanca Movie saat menggelar konferensi pers, Jumat (10/3/2017), sekira pukul 19.00 Wita di Carita Lounge Hotel Clarion Makassar. Syarat bintang pendukung film Pamanca yang akan diikutkan casting dijaring mulai berumur 5 tahun sampai 45 tahun.
“Asal punya skill dan bisa berakting, terus parasnya juga yang mencerminkan karakter Makassar. Setiap kota satu hari full dan untuk casting di Clarion dimulai Hari Senin dan Selasa tanggal 20 – 21 Maret 2017 mendatang,” ujar Juru bicara Pamanca Movie, Andi Iwan.
Baca Juga :
Produser Eksekutif Pamanca Movie, Muhammad Basir Den Raffy mengatakan, produksi sinema lokal Pamanca ini sudah sepuluh tahun direncanakan. Pertimbangannya, karena melihat Indonesia Timur belum pernah mengangkat film tentang adat, budaya yang bergenre kolosal dan merupakan film kolosal.
“Pamanca terdiri tiga makna, yakni ujung lidah, ujung badik dan ujung laki-laki. Film ini mengangkat Pamanca genre action, adat, budaya dan ini film kolosal pertama. Orang luar yang harus main disini. Tetap ada aktor Indonesia. Serangkaian casting sudah mulai dipersiapkan dan November tahun ini sudah ready. Target pengambilan gambar dan lainnya tahun 2017 ini sudah bisa dimulai,” urai Muhammad Basir Den Raffy.
sementara itu, penulis film ‘Pamanca’, Barnadi Zakariah mengatakan, jika film Pamanca ini berlatar tahun 18500-an. Dimana kisahnya membangun tokoh utama di kampung terpencil pesisir Galesong yang lahir dari keturunan Tubarani.
“Tokoh utama ditinggalkan ayahnya dan dia ditinggalkan ibunya yang ikut perang. Nanti tokoh utama akan ketemu disebuah arena abatte’ (arena tarung) ditemukan tokoh pedagang China Xing Shiu yang tertarik dengan gerakan pamanca. Akhirnya tokoh utama diajarkan ilmu dagang. Tokoh perempuan cantik Wang Mei juga akan dihadirkan. Sejarahnya ada. Romantisnya ada. Film kolosal ini bercerita fiksi fantasi, meskipun meminjam sejarah 1850-an. Tapi ini bocoran sedikit saja ya?” pungkas Barnadi Zakariah. (*)
Komentar