JAKARTA — Pemerintah telah memulai program vaksinasi COVID-19 sejak Januari silam. Agar program vaksinasi yang dapat memberi kekebalan tubuh dari paparan virus corona tersebut, berjalan lancar, pemerintah aktif mengamankan stok vaksin yang diproduksi beberapa negara di dunia.
Berkat diplomasi intens yang dilakukan pemerintah dengan sejumlah negara produsen vaksin, maka Indonesia bisa mendapatkan dan mengamankan stok vaksin tersebut. Dimana sebelumnya, Indonesia berhasil mendapatkan vaksin jadi dan bahan baku vaksin (bulk) dari Sinovac, Tiongkok.
Lalu kali ini Indonesia kembali berhasil mendapatkan vaksin tahap pertama sebanyak 1,1 juta dosis. Vaksin AstraZeneca dari COVID-19 Vaccines Global Access Facility (COVAX) ini tiba di Tanah Air, Senin, (8/3/2021).
Baca Juga :
Dengan tambahan 1,1 juta vaksin AstraZeneca ini, total stok vaksin yang telah berada di Indonesia hingga saat ini mencapai hampir 40 juta dosis.
Kedatangan perdana vaksin dari COVAX tersebut disaksikan Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, Plt Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan, WHO Representative, dan Country Representative UNICEF Indonesia di Bandara Soekarno Hatta.
Vaksin dalam bentuk jadi dan berbobot total 4,1 ton tersebut tiba dengan pesawat KLM 0815 pada pukul 17:26 WIB. Setibanya di Bandara Soekarno-Hatta, kemudian vaksin langsung dibawa menggunakan 5 truk ke fasilitas penyimpanan Bio Farma di Bandung.
Indonesia memperoleh komitmen vaksin COVID-19 dari COVAX untuk 20 persen penduduk, dengan anggaran sepenuhnya ditanggung COVAX. Kedatangan 1.113.600 dosis vaksin AstraZeneca ini adalah pengiriman pertama dari batch pertama sebesar 11.704.800 dosis vaksin yang dialokasikan COVAX untuk Indonesia hingga Mei 2021.
Alokasi dan pengiriman untuk paruh kedua tahun ini akan diumumkan COVAX dalam beberapa pekan mendatang. Keberhasilan mengamankan pasokan vaksin dari COVAX tak lepas dari upaya diplomasi multilateral sejak Oktober 2020 yang dibangun Kementerian Luar Negeri, dan melibatkan Kementerian Kesehatan, dan Kementerian BUMN.
“Diplomasi vaksin akan terus diperkuat dan diperkokoh untuk membantu upaya pemerintah membangun resiliensi kesehatan dan pemulihan ekonomi. Setelah batch pertama, nantinya akan ada batch-batch selanjutnya,” jelas Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, yang merupakan Co-hair dari COVAX AMC Engagement Group.
WHO Representative, Dr N Paranietharan menyatakan, COVAX memiliki target untuk mengirimkan 2 miliar dosis vaksin sebelum akhir tahun ke seluruh dunia. Kata dia, Indonesia merupakan satu dari sedikit negara-negara berkembang yang sudah memulai vaksinasi.
“Kami harap kedatangan vaksin dari COVAX ini semakin menguatkan pelaksanaan program vaksinasi nasional. Penting untuk memberikan vaksin kepada mereka yang paling membutuhkan dan memastikan tidak ada yang tertinggal,” ujarnya.
Dr Paranietharan lebih lanjut menyampaikan kepemimpinan Indonesia dalam vaksin multilateral dengan duduknya Menlu RI sebagai salah satu co-chair AMC Engagement Group.
Sementara itu, Country Representative UNICEF Indonesia, Debora Comini mengapresiasi Indonesia yang aktif dalam inisiatif COVAX dan menjadi salah satu yang pertama kali bergabung. Indonesia juga terdepan dalam memastikan untuk membuat kesepakatan suplai vaksin.
“Kita semua ingin vaksinasi menjangkau sebanyak-banyaknya orang dalam waktu yang secepatnya untuk mengatasi pandemi dan anak-anak bisa kembali ke kehidupan normal, membuka sekolah kembali, dan memastikan layanan kesehatan kembali bisa melayani dengan normal,” papar Debora Comini.
Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 dr. Reisa Broto Asmoro, menjelaskan bahwa COVAX adalah sebuah inisiatif global yang ditujukan untuk akses setara mendapatkan vaksin COVID-19. COVAX dipimpin Global Alliance for Vaccines and Immunization (GAVI), Organisasi Kesehatan Dunia WHO, dan Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI).
Fasilitas COVAX bertujuan mengamankan vaksin di setiap negara yang berpartisipasi untuk membantu mengurangi tingkat kematian, melindungi sistem kesehatan, dan melanjutkan layanan penting. Negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah yang telah mendaftar di Komitmen Pasar Lanjutan Fasilitas COVAX tidak membayar untuk vaksin yang diberikan.
Sebagai informasi, vaksin AstraZeneca telah mendapatkan Emergency Use Listing dari WHO pada 16 Februari dan Izin Penggunaan Darurat (Emergency Use Authorization) dari Badan POM pada 22 Februari. (*)
Komentar