PINRANG – Akibat tingginya curah hujan dan faktor air kiriman dari hulu Sungai Saddang di Kabupaten Tana Toraja dan Enrekang menyebabkan ribuan hektar sawah di Kecamatan Tiroang terendam banjir. Namun menurut petani di Lingkungan Toe’ dan Boki, parahnya banjir di kedua lingkungan tersebut juga dipicu jebolnya tanggul salo Batang’nge.
Akibat musibah ini, petani di kecamatan Tiroang mengalami kerugian hingga Miliaran rupiah. “Banjirnya sudah memasuki hari keenam pak dan baru separah ini karena ada tanggul yang jebol. Tanaman padi kami sudah rusak sebagian besar. Kalau sampai 10 hari, maka tidak ada lagi yang bisa terselamatkan “, ujar Alimuddin, seorang petani di lingkungan Toe’ yang dikonfirmasi, Selasa (9/6/2015) di lokasi areal pertanian miliknya.
Ia berharap, Pemerintah Daerah bisa segera mengambil tindakan, khususnya mengupayakan adanya ganti rugi kepada petani yang padinya rusak. ” Untuk satu hektar, kami mengalami kerugian senilai Rp. 1,5 Juta. Di kampung kami ini Pak, luas areal sawah yang terendam banjir mencapai 450 hektar lebih “, tutur Alimuddin
Hal itu dibenarkan Kepala Kelurahan Pammase Kecamatan Tiroang, Husain Sonting. Menurut Husain, wilayahnya yang terndam banjir meliputi dua lingkungan yaitu Toe’ dan Boki dengan luas areal pertanian yang terendam sekitar 900 hektar. ” Kami sudah data dan akan dilaporkan ke Dinas Pertanian. Dinas PSDA juga sudah berjanji akan segera memperbaiki tanggul yang jebol begitu air surut “, jelas Husain.
Di lokasi yang sama, Camat Tiroang, taufik Arief dalam keterangannya menjelaskan, berdasarkan data yang dimilikinya, total areal pertanian di wilayah kerjanya yang terendam banjir mencapai angka 1700-an
hektar. Kalau diestimasikan karena sebagian besar sawah yang terendam tersebut sudah dipupuk, kerugian petani memang mencapai Miliaran rupiah. ” Tanggul yang jebol itu panjangnya sekitar enam meter. Namun
kemungkinan terus bertambah mengingat banjir yangt belum juga surut ,” ungkap Taufik.
Taufik mengatakan, saat ini akses jalan ke lokasi tanggul yang jebol tersebut tertutup dan hanya bisa ditempuh dengan menggunakan perahu. ” Kalau melalui jalan darat, harus memutar ke wilahyah Sidrap dulu yang
jaraknya cukup begitu jauh. Ini banjir terparah setelah tahun 2011 silam,” pungkasnya. (Aroelk)