Usai Tembak Mati Istrinya, Dokter Helmi Naik Ojek

JAKARTA – Pelaku penembakan dokter Lety Sultri (46) di Klinik Azzahra, Cawang, Jakarta Timur tidak lain adalah suaminya sendiri bernama dr Helmi. Beberapa saat setelah menembak, pelaku meyerahkan diri ke polisi.
Menurut Sunarto (42), saksi penjual bakmie di lokasi, Helmi datang ke tempat praktik istrinya menggunakan jasa ojek online. Tak lama dia masuk, terdengar keributan sekira pukul 14.00 WIB.
“Jadi ada ojek yang memang menunggu. Dia (pelaku) masuk, kemudian ada ribut-ribut dan suara tembakan beberapa kali,” kata Sunarto di lokasi, Kamis, (9/11/2017).
Setelah suara tembakan terdengar, Helmi lantas keluar dari dalam klinik dengan santai. Warga dan pasien sempat panik dan kebingungan. Mereka tidak berani menyapa orang yang keluar itu. Apalagi Helmi tampak menutupi pistol yang dia bawa untuk memberondong istrinya di saku celana.
“Sesudah menembak, dia pergi naik ojek yang sama. Perginya tenang-tenang saja,” ujar Sunarto.
Dokter Lety ditembak mati akibat meminta cerai dengan suaminya, dr. Helmi. Pelaku penembakan kasus ini telah menyerahkan diri ke Polda Metro Jaya. Sementara jenazah Dokter Lety dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati.
[NEXT]
Klinik Ditutup
Situasi Klinik Azzahra, Cawang, Jakarta Timur sepi usai peristiwa penembakan yang menewaskan Dokter Lety Sultri (46). Berdasarkan informasi, klinik yang lokasinya di pinggir Jalan Dewi Sartika itu sepi dari aktivitas.
Klinik tersebut tidak terlihat ada pegawai atau petugas keamanan berjaga di areal sekitar. Hanya ada sejumlah awak media di halaman klinik, yang memang bebas dimasuki.
Bangunan klinik terdiri dari tiga lantai. Selain klinik, bangunan yang sama juga menjadi kantor dari sebuah jasa tour dan travel, Argamas Wisata. Dari luar, hanya ada sebuah ruangan di lantai dua bangunan klinik yang lampunya menyala.
Annur (43), seorang warga yang kediamannya berdekatan dengan klinik, menyampaikan bahwa aktivitas di klinik sudah sepi sejak pukul 17.30 WIB, tak lama setelah jasad dokter Lety dievakuasi oleh Polisi.
“Saya sendiri datang ke sini sejak pukul 15.00 WIB. Saat itu, orang-orang dari dalam klinik berhamburan keluar karena ada penembakan,” ujar Nur.
Menurut Nur, klinik kerap digunakan para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) untuk memeriksakan kesehatan mereka sebelum berangkat ke luar negeri. Nur menyampaikan bahwa klinik biasanya beroperasi hingga pukul 17.00 WIB setiap harinya.
“Kalau malam begini memang biasanya sepi seperti ini juga. Hanya kadang-kadang suka ada beberapa pedagang mangkal di depan klinik. Malam ini tidak ada,” ujar Nur. (*)