Lintas Terkini

Sulawesi Selatan Mencatatkan Pertumbuhan Ekonomi 3,24% (yoy) Pada Triwulan III 2021

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulsel, Causa Iman Karana dalam konferensi pers yang berlangsung di salah satu cafe di Kota Makassar, Selasa (9/11/2021).

MAKASSAR– Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) pada Triwulan III 2021 tercatat tumbuh positif sebesar 3,24% (yoy), meskipun lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 7,66% (yoy) sebagai dampak dari merebaknya kasus Covid. Pelemahan ekonomi pada triwulan ini sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat 3,51% setelah sebelumnya mencapai 7,07%.

Hal itu diungkapkan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulsel, Causa Iman Karana dalam konferensi pers yang berlangsung di salah satu cafe di Kota Makassar, Selasa (9/11/2021). Disebutkan sumber utama pelemahan berasal dari permintaan domestik yang tumbuh melambat seiring kebijakan pembatasan mobilitas di berbagai wilayah untuk mengatasi varian delta Covid-19. Sementara permintaan eksternal tetap tumbuh kuat, menopang pertumbuhan ekonomi baik nasional maupun ekonomi Sulawesi Selatan.

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan didorong oleh kinerja Lapangan Usaha (LU) utama. LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan tumbuh sebesar 7,85% (yoy) dan memiliki pangsa sebesar 24,52% terhadap total PDRB Sulsel.

Pertumbuhan didorong oleh peningkatan produksi beberapa komoditas perkebunan, antara lain: kelapa sawit, kopi, kakao, tebu, maupun peningkatan produksi sentra budidaya perikanan dan perikanan tangkap. Selanjutnya, LU Pertambangan tumbuh sebesar 3,61% (yoy) dengan pangsa sebesar 4,81% terhadap PDRB. Pertumbuhan didorong oleh peningkatan kinerja pertambangan bijih logam. Berdasarkan komponen pengeluaran, peningkatan net ekspor menjadi faktor pendorong utama pertumbuhan ekonomi Sulsel. Pada periode Januari-September 2021, total nilai ekspor Sulsel meningkat 12,96% (yoy) sedangkan total nilai impor menurun 20,36% (yoy). Peningkatan ekspor didorong meningkatnya permintaan negara mitra dagang, termasuk untuk komoditas besi dan baja.

Sementara itu, dampak dari PPKM mengakibatkan penurunan pada beberapa kelompok pengeluaran seperti konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan investasi. Konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 1,03% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,96% (yoy). Penurunan konsumsi rumah tangga terjadi pada pada subkomponen Makanan dan Minuman, Pakaian dan Alas Kaki, Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Penyediaan Makan Minum. Sejalan dengan hal tersebut, perkembangan LU utama seperti LU Industri Pengolahan, Konstruksi, Perdagangan, Transportasi, dan Akomodasi Makan Minum mencatatkan pertumbuhan lebih rendah dibanding dengan triwulan sebelumnya.

Ke depan, seiring dengan meredanya kasus Covid-19, semakin meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat, dan sinergi kebijakan dalam mendorong pemulihan ekonomi, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan diperkirakan terus meningkat. Bank Indonesia bersama dengan Pemerintah Daerah dan instansi terkait lainnya terus bersinergi dalam rangka mendorong pemulihan ekonomi Sulsel. Peningkatan akses keuangan terus diupayakan oleh Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) melalui pemberian kemudahan akses pembiayaan, khususnya untuk para pelaku UKM. Percepatan digitalisasi finansial juga terus dilakukan oleh Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD).

Sementara itu, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) secara aktif melakukan koordinasi dan merumuskan berbagai strategi pengendalian harga komoditas strategis jelang akhir tahun, salah satunya lewat skema Kerjasama Antar Daerah (KAD). (*)

Exit mobile version