MAKASSAR – Sebanyak 250 pegawai yang terdiri dari karyawan dan dosen Universitas Islam Makassar (UIM) mengikuti Halaqah Aswaja dan Workshop Kode Etik Dosen dan Pegawai, Sabtu (11/3/2017) bertempat di Auditorium KH Muhyiddin Zain UIM.
Wakil Rektor IV, Muammar Bakry sebagai penanggungjawab kegiatan dalam sambutannya menuturkan, maksud kegiatan ini dimana halaqah aswaja ini sebagai upaya penguatan arah visi misi keaswajaan UIM. Harapan yang ingin diwujudkan membumikan dan disebarkan keseluruh tingkat fakultas dan program studi.
Dalam pengelolaan Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama sebagai owner, Yayasan Perguruan Tinggi Al-Gazali Makassar sebagai pengelola, dan Universitas Islam Makassar sebagai penyelenggara, penghubung dari ketiganya adalah Ahlusunnah Wal Jamaah.
Baca Juga :
“Kegiatan seperti ini akan diadakan setiap tahun dan serifikatnya merupakan syarat kenaikan pangkat,” tambah Muammar yang juga Imam Besar Masjid Al Markaz Al Islami Makassar.
Rais Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Sulawesi Selatan, Anregurutta Sanusi Baco dalam sambutannya mengatakan, halaqah aswaja ini setidaknya memiliki dua manfaat. Adapun kedua manfaat yakni, aspek keagamaan yakni agama memandang setiap seseorang ketemu dalam kebaikan akan mendapatkan pahala, dan aspek kemasyarakatan akan terjalin silaturahim antara pimpinan, karyawan, dan dosen.
“Salah satu ajaran inti agama kita adalah silaturrahim, sebagaimana sabda Nabi yaitu siapa yang ingin umurnya diperpanjang dan rezekinya dipermudah, hendaklah ia bersilaturrahim, jadi UIM akan dipanjangkan umurnya dan rezekinya akan bertambah, apabila warganya selalu bersilaturrahim,” kata Anre Gurutta, KH Sanusi Baco.
Dalam akhlak aswaja, hendaknya setiap memulai aktivitas, hendaklah membaca kalimat basmalah. Selain itu hendaklah selalu tawadhu. Kata dia, manusia terdiri dari dua unsur yakni jasmani dan rohani, unsur jasmani membutuhkan pakaian, makanan dan lain sebagainya. Adapun yang mengendalikan adalah hawa nafsu.
Sedangkan unsur rohani ingin dihormati, ingin dihargai, betapapun miskinnya seseorang ingin dihargai. Adapun yang mengendalikan adalah akal. Kedua unsur ini yang akan berperan, sehingga dibutuhkan agama menjadi filter dan penjaga.
“Ilmu tanpa iman akan membawa malapetaka dan iman tanpa ilmu akan membawa kerusakan,” pesannya.
Dalam kegiatan ini, peserta akan mendapatkan beberapa materi keaswajaan yakni Fiqh Aswaja oleh Dr Muammar Bakry, Sejarah Pemikiran Aswaja oleh Dr M Arfah Shiddiq, Kepangkatan Dosen oleh Prof Muhibuddin, Aswaja dan Kemahasiswaan oleh Dr Abd Rahim Mas P Sanjata, Akidah Aswaja Dr Ruslan, dan Dzikir Aswaja oleh Ustadz Maskur Yusuf. (*)
Komentar