JAKARTA — Wakil Presiden Boediono meminta pengusaha nasional untuk giat menciptakan nilai tambah dalam kegiatan ekonomi dan tidak sekadar mencari rente. Pengusaha yang tejun ke dunia politik juga dimintanya turut menjaga stabilitas.
“(Menciptakan nilai tambah dan sekadar mencari rente), kedua hal itu sangat berbeda secara mendasar,” kata Boediono saat menutup Musyawarah Nasional X Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) di Jakarta, Rabu (10/3/2013). Dia mengatakan, pengusaha yang menciptakan nilai tambah akan bertumpu dan berkompetisi menciptakan inovasi-inovasi baru. Sementara pengusaha yang hanya mencari rente akan sekadar mengulang dan mengambil keuntungan dari nilai yang sudah ada.
Wapres berkeyakinan dalam lima, 10, atau 20 tahun lagi akan menyaksikan tayangan pebisnis pria dan wanita yang membangun Indonesia. Dia pun berharap pengusaha itu adalah mereka yang saat ini sudah menjadi anggota Apindo.
Boediono menyambut baik ajakan Apindo agar pemerintah bekerja sama dengan kalangan pengusaha untuk mengisi momentum pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Dalam kesempatan itu, Wapres meminta agar sebagian pengusaha yang juga menekuni politik agar bersama-sama menjaga momentum dengan menjaga stabilitas yang ada. “Masa kerja pengurus Apindo yang baru akan tumpang tindih dengan masa kerja kabinet. Ini bagus sehingga para pengurus bisa menjadi jembatan yang baik dengan yang berikutnya,” katanya.
Wapres juga mengucapkan terima kasih atas input yang diberikan Ketua Apindo terkait masalah subdisi bahan bakar minyak (BBM). “Saya tidak bisa katakan di sini, tapi Insya Allah akan ada keputusan untuk mengakhiri ketidakpastian ini dalam waktu yang tidak terlalu lama ini,” kata Wapres. Dalam kesempatan itu, Wapres Boediono mengucapkan selamat kepada Sofyan Wanandi yang telah diangkat kembali sebagai Ketua Apindo.
Sofyan Wanandi mengatakan, selama tiga hari munas, berbagai pertanyaan dan keluh kesah kalangan pengusaha telah dijawab pemerintah dengan meyakinkan. Apindo percaya pemerintah akan sedapat mungkin menjamin stabilitas politik, hukum, dan keamanan menghadapi tahun Pemilu 2014. Momentum pertumbuhan ekonomi yang sedang baik di Indonesia selayaknya dipertahankan demi keberlangsungan pembangunan.
“Waktu Orde Baru (ekonomi) kita bisa tumbuh tujuh hingga delapan persen selama 20 tahun. Sekarang kita tumbuh enam persen, saya pikir tidak apa-apa karena kita harus membayar harga demokrasi,” kata Sofyan Wanandi. Dia juga menyinggung tentang masalah subsidi bahan bakar minyak yang begitu membebani dari berbagai sudut, mengganggu bujet untuk infrastruktur, mengganggu cadangan devisa dan kurs, serta menimbulkan defisit anggaran yang terlalu besar.
“Pengusaha tidak suka kenaikan BBM, tapi kami harus mendukung kebijakan pemerintah apakah melakukan kenaikan harga atau pembatasan, tapi terserah pemerintah apa yang terbaik. Asal secepatnya diputuskan, kalau bisa besok, karena suasana spekulasi ini membuat gunjang-ganjing rupiah kita,” katanya.