JAKARTA – Monumen Pancasila Sakti yang terletak di Desa Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur ini, tak pernah sepi dari kunjungan wisatawan. Baik itu wisatawan asing maupun turis lokal. Tempat ini juga dikenal sebagai sejarah Gerakan 30 September 1965 Partai Komunis Indonesia (G 30 S PKI).
Seperti suasana yang terlihat pada hari Minggu (11/9/2016) pagi, jelang Hari Raya Idul Adha, lokasi seluas kurang lebih 14 hektar ini dijadikan sarana olahraga sekaligus rekreasi atau wisata sejarah.
Biaya masuk dan parkir kendaraan pun terbilang terjangkau yang dibuka setiap hari sejak pukul 08.00 Wib sampai 16.00 Wib. Namun biaya tiket gratis di setiap tanggal 5 Oktober HUT TNI dan 10 November Hari Pahlawan terkecuali untuk biaya parkir kendaraan.
Baca Juga :
Akses transportasi menuju ke museum lubang buaya terbilang mudah dan gampang untuk dijangkau siapa saja. Untuk angkutan umum mikrolet mengambil kode M28 jurusan Kampung Melayu-Pondok Gede. Sedangkan angkutan kota mengambil jurusan Cililitan-Pondok Gede-KWK Chandra 04, UKI-Pondok Gede-Pasar Rebo KWK 461, Kampung Rambutan-Pondok Gede-Ujung Aspal Kranggan K06. Jika menggunakan Metro Mini mengambil kode T45 jurusan Pulo Gadung-Pondok Gede-Taman Mini Indonesia Indah.
[NEXT]
Di dalam lokasi museum lubang buaya banyak hal yang belum pernah didapatkan dari buku sejarah, baik saat berada di bangku SD hingga SMU. Aura kepahlawanan dan pengorbanan ditambah lagi mozaik foto yang menggambarkan kekejaman PKI terhadap bangsa sendiri bahkan Diorama yang terdiri dari 34 buah Diorama, dimana Dioarama terakhir tentang tertembak matinya S.A Sofyan pada tanggal 12 Januari 1974.
Dimana S.A Sofyan merupakan sisa-sisa PKI Kalimantan Barat yang mendirikan PKI gaya baru. Namun dalam Operasi Bersih III, PKI gaya baru dibawah pimpinan S.A Sofyan dapat dimusnahkan oleh pasukan RPKAD, bahkan menewaskan S.A Sofyan.
Selain Diorama, pengunjung juga bisa melihat langsung kendaraan yang digunakan PKI saat menculik para Pahlawan Revolusi. Disisi lain juga terdapat sumur maut yang bertuliskan “Cita-cita perjuangan kami untuk menegakkan kemurnian Pancasila tidak mungkin dipatahkan hanya dengan mengubur kami dalam sumur ini”.
Lubang itu tempat dimana para jendral diculik dan dibuang. Mereka yang diculik masing-masing Letnan Jenderal TNI Ahmad Yani, Mayor Jenderal TNI Mas Tirtodarmo Harjono, Mayor Jenderal TNI Raden Soeprapto, Mayor Jenderal TNI Siswondo Parman, Brigadir Jenderal TNI Donald Isaccus Pandjaitan, Brigadir Jenderal TNI Soetojo Siswomihardjo dan Letnan Satu Czi Pierre Andreas Tendean yang semuanya disiksa terlebih dahulu di sebuah rumah berukuran 8 m x 15,5 m milik Bambang Harjono salah satu Simpatisan PKI, sebelum dibuang ke dalam sumur dengan kedalaman 12 meter berdiameter 75 cm dengan posisi kepala di bawah.
Jasad para Pahlawan Revolusi yang dibuang kedalam sumur pada tanggal 1 Oktober 1965 baru ditemukan pada tanggal 4 Oktober 1965 dalam keadaan rusak akibat penganiayaan secara kejam diluar batas-batas kemanusiaan.
Salah seorang wisatawan bernama Setiawan Pribadi asal Jakarta Timur Matraman Berlan, menuturkan jika kegiatan yang dilakukannya untuk mengingat jejak sejarah dan menambah wawasan tentang kisah para Pahlawan Revolusi. (*)
Simak videonya :
Komentar