Upacara ini digelar untuk mengenang tragedi memilukan yang terjadi pada 14 Agustus 1946, di mana sekitar 40.000 jiwa rakyat Sulawesi Selatan menjadi korban kekejaman tentara Belanda. Peristiwa tersebut menjadi salah satu catatan kelam dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan.
Yulianti Tomu menegaskan pentingnya upacara ini sebagai bentuk penghormatan terhadap para korban dan pejuang yang telah berkorban demi kemerdekaan.
“Acara ini juga bertujuan untuk memperkuat semangat persatuan dan kesatuan bangsa,” ujarnya.
Selain Yulianti, acara tersebut dihadiri oleh pejabat Pemerintah Kota Makassar, tokoh masyarakat, keluarga korban, dan masyarakat umum. Para peserta terlihat khidmat mengikuti jalannya upacara yang penuh dengan nuansa haru dan refleksi sejarah.
“Kita menghargai pengorbanan para pahlawan dan korban kekejaman Belanda. Semoga peristiwa ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua,” tambah Yulianti.
Peringatan ini diharapkan dapat terus mengingatkan generasi muda akan pentingnya menghormati perjuangan para pendahulu dan menjaga nilai-nilai persatuan. Monumen Korban 40.000 Jiwa sendiri menjadi simbol peringatan yang abadi bagi perjuangan rakyat Sulawesi Selatan. (*)
Komentar