ENREKANG – Hampir satu bulan lamanya, warga Desa Parombean Kabupaten Enrekang yang wilayahnya ditimpa musibah tanah longsor masih berada di posko pengungsian. Hingga saat ini, belum ada tanda-tanda kapan mereka akan dipulangkan pasalnya, warga masih memilih untuk mengungsi karena takut untuk kembali ke rumahnya.
Sanda, salah seorang warga yang masih memilih untuk bertahan tinggal di posko 3 mengaku, masih trauma dengan musibah yang telah memporak porandakan rumahnya tersebut.
“Saya masih takut untuk pulang ke rumah Pak. Rumah saya berada tepat di bawah lokasi longsor, apalagi disini kondisi masih hujan terus. Saya berharap, ada bantuan dari Pemerintah karena katanya, kita ini mau direlokasi. kalau itu memang benar, saya siap untuk pindah,” tutur Sanda kepada awak media, Jumat (13/5/2016) di lokasi pengungsian.
Di hari yang sama, puluhan pemuda pemudi Kabupaten Pinrang yang tergabung dalam komunitas Solidaritas Bugis Pinrang (SBUPI) terlihat mengunjungi lokasi pengungsian warga korban tanah longsor Enrekang itu. Kedatangan mereka dalam rangka memberikan bantuan bahan pokok kepada warga pengungsi.
Tidak hanya itu, komunitas ini juga ikut andil dalam membantu mengevakuasi rumah warga. Penyaluran bantuan ini disaksikan langsung Asisten Pembangunan dan Ekonomi Setda Enrekang, Mustakim didampingi sejumlah pejabat teras Pemkab Enrekang lainnya.
“Ini adalah satu visi kita warga Pinrang yang tergabung dalam Komunitas Solidaritas Bugis Pinrang (SBUPI). Kami melakukan kegiatan sosial tidak hanya di Pinrang tetapi juga diluar daerah Pinrang jika ada saudara kita yang terkena musibah,” ungkap Herman Zheta mewakili SBUPI.
Walaupun ini hanya sedikit lanjut Zheta, kami harap bisa bermanfaat bagi warga Parombean di posko pengungsian.
“Jangan melihat dari nilai yang ada. Kegiatan ini mengajarkan secara tidak lansung kepada teman-teman yang ada di SBUPI tentang rasa solidaritas kemanusiaan dalam membantu sesama yang terkena musibah,” ucapnya.
Zheta menambahkan, kegiatan ini juga diharapkan mampu merubah image masyarakat jika suatu komunitas itu hanya dijadikan tempat ngumpul ngumpul tanpa tujuan. (*)