LINTASTERKINI.COM – Diet sudah, olahraga sudah, tapi bentuk badan masih belum ramping? Coba kenali hormon-hormon yang terkait dengan pembakaran lemak, niscaya proses pembentukan tubuh akan lebih efektif.
Soal menurunkan berat badan, kebanyakan orang berpegang pada teori kalori yang masuk harus lebih sedikit daripada kalori yang keluar. Padahal, proses pembakaran lemak tak sesederhana itu.
Proses pembakaran lemak melibatkan banyak hal, termasuk hormon. Beberapa hormon berkaitan dengan metabolisme, kemampuan tubuh untuk membakar lemak, dan pembentukan otot.
Dengan memahami cara kerja hormon-hormon tersebut, proses pembakaran lemak akan lebih efektif. Jadi, diet dan olahraga yang Anda lakukan tak sia-sia.
Berikut adalah delapan hormon yang terlibat dalam pembakaran lemak :
Insulin
Hormon ini berperan sebagai pengontrol energi. Insulin yang menentukan apakah energi tersebut langsung dipakai atau disimpan sebagai lemak.
Jika kadar insulin terlalu tinggi, pembakaran lemak akan terganggu. Akibatnya simpanan lemak dalam tubuh akan terus bertambah.
Melonjaknya kadar insulin bisa disebabkan oleh asupan makanan yang berlebihan. Termasuk asupan karbohidrat di luar batas.
Jadi, mengurangi asupan karbohidrat atau menahan nafsu agar tidak makan berlebihan merupakan cara yang tepat untuk meningkatkan kerja insulin.
Teori ini berlaku secara umum. Jika Anda memiliki masalah dengan insulin, seperti resistensi insulin, sebaiknya konsultasi dengan ahli medis sebelum melakukan program penurunan berat badan.
Ghrelin
Mungkin Anda masih asing dengan namanya. Padahal, hormon ini yang bertanggungjawab atas rasa lapar Anda.
Ghrelin diproduksi di lambung. Kadarnya akan meningkat jika lambung kosong dan menurun jika lambung penuh alias jika Anda sudah makan.
Secara umum, orang akan mengurangi porsi makan ketika berusaha menurunkan berat badan. Akibatnya, lambung tak selalu terisi dan ghrelin memberi reaksi rasa lapar. Ghrelin tak tahu dan tak peduli jika Anda sedang dalam program penurunan berat badan. Hormon ini akan terus-menerus memberi rasa lapar jika lambung dalam keadaan kosong.
Adalah hal yang bagus jika Anda bisa mengatasi rasa lapar dengan kekuatan pikiran. Jika tidak, coba untuk mengkonsumsi makanan yang butuh waktu lama untuk dicerna. Fungsinya untuk menahan rasa kenyang lebih lama. Misalnya dengan mengkonsumsi daging rendah lemak atau makanan berserat tinggi seperti sayuran.
Jam tidur juga berpengaruh. Kurang tidur memicu produksi ghrelin. Itu sebabnya orang yang begadang sering merasa lapar di tengah malam.
Leptin
Hormon ini bertugas mengirim sinyal ke otak jika tubuh sudah memiliki cukup lemak sehingga Anda tak perlu makan lagi.
Leptin diproduksi di sel lemak. Jadi, makin banyak lemak Anda, makin banyak leptin dalam tubuh Anda. Atas dasar itu, mungkin Anda akan berpikir kalau orang gemuk lebih gampang berhenti makan. Salah besar.
Seperti ditulis di awal, penurunan berat badan tak semudah teorinya. Seseorang dapat mengalami resistensi leptin dengan sangat mudah. Ini yang mengacaukan kerja leptin sebagai pengantar sinyal ke otak.
Resistensi leptin terjadi saat seseorang memiliki terlalu banyak lemak. Akibatnya otak berhenti berhubungan dengan leptin. Ketika ini terjadi, tubuh akan merasa lapar dan menuntut untuk segera mendapat asupan makanan.
Hal lain yang bisa mengganggu kerja leptin adalah jika seseorang kekurangan lemak. Kekurangan lemak artinya mengurangi produksi leptin yang berujung pada meningkatnya nafsu makan.
Kunci agar terhindar dari resistensi leptin adalah kontrol lemak tubuh Anda. Jika Anda sedang membatasi kalori, ada baiknya untuk memberi jeda satu atau dua kali dalam sebulan.
Jeda yang dimaksud adalah meningkatkan asupan kalori di atas takaran diet. Makanlah panganan yang mengandung banyak kalori, terutama karbohidrat, untuk menjaga fungsi leptin.
Kortisol
Hormon ini ibarat pedang bermata dua. Kortisol dalam jumlah kecil bisa membantu pembakaran lemak. Sebaliknya, kortisol dalam jumlah besar justru mencegah pembakaran lemak.
Kortisol lebih dikenal sebagai hormon stres. Kortisol diproduksi jika seseorang mengalami tekanan atau stres. Termasuk ketika sedang diet, latihan fisik, kurang tidur, atau masalah pekerjaan.
Kadar kortisol yang terlalu tinggi mencegah pembakaran lemak, terutama di bagian perut. Kondisi ini bisa merusak jaringan otot.
Meningkatnya hormon kortisol biasanya diikuti dengan melonjaknya kadar hormon ghrelin. Yang artinya meningkatkan nafsu makan. Jadi, jangan heran jika Anda memiliki nafsu makan berlebih ketika mengalami stres.
Agar kadar kortisol tidak melonjak, ada baiknya Anda belajar mengelola stres. Lakukan hal yang membuat Anda rileks seperti membaca, meditasi, atau melakukan hobi.
Pastikan juga Anda cukup tidur, cukup olahraga, dan hindari minuman beralkohol.
Tiroid
Hormon tiroid, terutama T3 dan T4, membantu mengatur metabolisme tubuh. Tiroid dipengaruhi oleh pola makan, tidur, dan olahraga seseorang. Dan yang tak boleh dilupakan, tingkat stres.
diet ketat dan membatasi kalori secara ketat akan mengurangi produksi tiroid. Akibatnya, metabolisme Anda jadi lebih lambat.
Masih ingat cara mengelola hormon leptin? Cara yang sama bisa berlaku untuk mengelola hormon tiroid.
Hormon Pertumbuhan (Growth Hormone/GH)
GH termasuk salah satu hormon paling kuat dan berpengaruh dalam tubuh manusia. Tugas utamanya ada dua, membangun otot dan membakar lemak.
GH juga membantu regenerasi sel yang rusak. GH diproduksi saat kita tidur. Jadi jangan sampai Anda kurang tidur, terutama di malam hari.
Olahraga singkat tapi intens juga membantu produksi GH. Tak lupa, pengelolaan stres turut berpengaruh pada produksi GH. Kadar kortisol alias hormon stres yang tinggi akan mengganggu produksi GH
Adrenalin
Cara kerja hormon ini mirip dengan GH dan testosteron. Ketika seseorang melakukan olahraga secara intens, kelenjar adrenal melepaskan adrenalin yang bertugas membakar lemak.
Jadi, rajinlah berolahraga secara intens agar hormon ini rutin diproduksi. Perlu diingat, kadar kortisol yang tinggi bisa menggangu kerja adrenalin. Jadi, Anda perlu mengelola stres untuk mendapat hasil optimal dari adrenalin.
Testosteron
Meski dikenal sebagai hormonnya lelaki, testosteron punya peran yang signifikan bagi pria dan wanita.
Testosteron memengaruhi kenginan seksual, pertumbuhan otot, tulang, dan lemak tubuh. Untuk urusan lemak, hormon ini bertugas menghentikan produksi sel lemak dalam tubuh.
Teorinya, semakin banyak testosteron maka semakin sedikit lemak tubuh. Jadi, seseorang memiliki risiko besar mengalami obesitas jika kekurangan testosteron.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menjaga kadar testosteron. Cukup tidur dan olahraga teratur, pola makan yang benar merupakan saran yang biasa dianjurkan oleh ahli medis.
Berhubungan seks turut menjaga kadar hormon ini. Tapi hal ini tak selalu bisa dilakukan. Apalagi jika Anda belum memiliki pasangan resmi. (*)
(sumber : kompas.com)