Logo Lintasterkini

Masak Daging dengan Suhu Tinggi Dapat Sebabkan Kanker?

Muh Syukri
Muh Syukri

Jumat, 13 November 2015 09:18

Masakan daging.
Masakan daging.

LINTAS TERKINI – Para pecinta daging sudah mendapat “pukulan” hebat akhir-akhir ini. Setelah WHO mengeluarkan pernyataan bahwa daging merah dan olahannya bisa menjadi salah satu pemicu kanker.

Para ilmuwan dari University of Texas MD baru-baru ini juga menemukan, kalau cara memasak daging pada suhu yang tinggi bisa meningkatkan risiko kanker ginjal.

Ilmuwan terlebih dahulu melacak pola diet dari 659 pasien yang baru saja didiagnosa karsinoma sel ginjal (RCC), juga dikenal sebagai kanker ginjal, lalu mengumpulkan informasi genetik mereka. Data pasien tersebut kemudian dibandingkan dengan 699 orang sehat yang direkrut dari komunitas yang sama.

Di antara peserta studi, orang-orang dengan kanker ginjal dinilai memiliki riwayat mengonsumsi lebih banyak daging merah dan putih jika dibandingkan dengan yang sehat.

Risiko kanker meningkat sebanyak 54 persen saat peserta mengonsumsi mutagen daging tertentu, senyawa berbahaya yang diciptakan ketika daging dimasak dengan cara pemanasan yang tinggi, seperti dibakar.

Untuk alasan ini, peneliti menyarankan para pemakan daging agar tidak hanya membatasi jumlah daging yang mereka konsumsi, tetapi juga memerhatikan bagaimana daging itu dimasak.

“Temuan kami mendukung pengurangan konsumsi daging, terutama daging yang dimasak pada suhu tinggi atau di atas api terbuka sebagai salah satu cara untuk mengurangi risiko RCC dalam masyarakat,” kata pemimpin penulis studi tersebut Xifeng Wu, seorang profesor epidemiologi di University of Texas.

Menurut American Cancer Society, sekitar 61.560 kasus baru kanker ginjal telah didiagnosa pada akhir 2015. Dari angka tersebut, diperkirakan 14.080 akan meninggal akibat penyakit kanker ginjal.

“Karsinoma sel ginjal lebih sering terjadi di negara-negara berpenghasilan tinggi ketimbang negara kurang berkembang, sehingga sangat mungkin bila hal itu disebabkan oleh gaya hidup Barat,” kata Dr Ian Johnson, seorang peneliti nutrisi di Institute of Food Research yang tidak terlibat dalam penelitian ini. (Sumber    : Medical Daily)

 Komentar

 Terbaru

News29 November 2024 23:10
Frederik Kalalembang Temui Kapolda Sulsel, Soroti PT Masmindo dan Apresiasi Keamanan Pilkada
MAKASSAR – Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat, Irjen Pol (Purn) Frederik Kalalembang, mengadakan pertemuan dengan Kapolda Sulawesi Selatan, ...
News29 November 2024 20:45
Bumi Karsa Tuntaskan Penanaman 5.500 Pohon di Sulawesi, Jawa hingga Sumatera
MAKASSAR – Bumi Karsa kembali menunjukkan komitmennya terhadap keberlanjutan lingkungan. Penanaman 5.500 pohon telah dilakukan pada berbagai pro...
Ekonomi & Bisnis29 November 2024 20:39
Dorong Peningkatan Literasi dan Inklusi Keuangan, OJK Sulselbar-BPS Kembali Gelar SNLIK 2025
MAKASSAR – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulsel Sulbar bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulsel dan BPS Provinsi Sulbar ke...
News29 November 2024 14:04
PPDB Sekolah Islam Athirah Dibuka Mulai 1 Desember 2024
MAKASSAR – Sekolah Islam Athirah membuka Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ajaran 2025/2026 mulai 1 Desember 2024. Total kuota yang dis...