JAKARTA – Aksi kekerasan dan teror bom sepekan ini, mulai di Mako Brimob Jakarta, aksi bom tiga gereja di Surabaya dan terakhir teror bom di belakang Polsek di Sidoarjo menunjukkan adanya upaya menciptakan keresahan di Indonesia. Bahkan akan bisa memicu gesekan sosial di masyarakat jika aparat keamanan tidak segera menangani dengan tuntas, yang tentunya akan berpotensi mengancam integrasi sosial dan juga Nasional.
Menyikapi aksi teror dan kekerasan itu, Pengurus Pusat Asosiasi Program Studi Sosiologi Indonesia (APSSI) mengeluarkan pernyataan sikap yang ditandatangani oleh Ketua Umum, Dr. Ida Ruwaida, S.Sos, Msi dan Sekretris Umum, Jendrius, PhD di Jakarta, Minggu (13/5/2018).
Dalam pernyataan sikapnya, APSSI menegaskan pihak aparat keamanan segera mengusut tuntas dan mengadili pelaku teror serta menghukum seberat-beratnya para aktor yang terlibat langsung maupun tidak langsung. Menurut dia, aksi kekerasan dan teror yang terjadi tidak bisa ditoleransi, apapun alasannya.
“Adanya korban jiwa dari perbuatan tidak berperikemanusiaan ini perlu ditangani dan direspon dengan cepat, termasuk melindungi keluarga dan para saksi, serta masyarakat luas,” tegas Doktor Sosiologi PPs-UI Jakarta ini.
Ditegaskan juga, berbagai pihak perlu mencegah perluasan provokasi, politisasi konflik dan agama, dan segera mempromosikan kampanye damai demi menjaga stabilitas sosial. APSSI akan mendorong para tokoh, baik di tingkat lokal maupun Nasional untuk ikut dan terus proaktif dalam upaya penanganan dan pencegahan keresahan sosial.
Pada bagian lain pernyataan sikap tersebut, APSSI menghibau agar pihak berwenang segera mengantisipasi berbagai kemungkinan yang terjadi dengan langkah strategis sesuai koridor politik dan hukum.
“APSSI mengajak para insan akademik dan para intelektual kampus berperan aktif menjaga perdamaian dengan berbagai cara guna kebutuhan merawat kemajemukan bangsa,” tegas Ida Ruwaida. (*)