MAKASSAR — Olahan kopi memang beragam. Tak hanya jadi minuman. Bisa juga diolah menjadi aromaterapi.
Lima mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (Stifa) Makassar mengembangkannya dalam sebuah inovasi. Aromaterapi tersebut dikemas dalam bentuk inhealer atau obat hirup.
Mereka adalah Caroline Monique Patiung, Nining Kurniati, Fajriani Ramadhan, Rismayanti, dan Aliyah Afrah Amatullah.
Ketua tim, Caroline Monique Patiung mengatakan, inovasi ini dibuat untuk menghilangkan rasa ngantuk dan meningkatkan fokus pada seseorang. Kandungan kafein dalam kopi dianggap bermanfaat untuk memulihkan
tingkat kewaspadaan.
“Kandungan kafein dapat mengimbangi kemampuan kognitif yang berkurang sebagai akibat dari rasa kantuk,” ucap Caroline Monique Patiung, saat ditemui di kampusnya, beberapa waktu lalu.
Ia mengungkapkan, rasa kantuk biasa terjadi saat bekerja maupun dalam proses pembelajaran di kelas.
“Kantuk yang datang pada proses perkuliahan dengan cara menggunakan inhealer ampas kopi yang dapat memberikan efek sedative non hipnotik,” jelasnnya.
Karena itu, mereka mencoba menemukan racikan yang bisa mengembalikan fokus seseorang lewat inhealer dari ampas kopi ini. Caroline menambahkan, kopi yang digunakan adalah kopi Toraja.
“Kabupaten Toraja sebagai salah satu daerah penghasil kopi. Kami berinisiatif memanfaatkan sumber daya lokal di Sulsel,” jelasnya.
Ampas kopi tersebut akan dicampur dengan minyak atsiri atau minyak eteris (essential oil). Kata dia, komponen aroma dari minyak atsiri cepat berinteraksi saat dihirup.
Senyawa tersebut berinteraksi dengan sistem syaraf pusat dan langsung merangsang pada sistem olfactori.
“Minyak atsiri telah dilaporkan dapat memberikan efek farmakologis pada sistem saraf pusat baik hewan maupun manusia,” tutupnya.
Penelitian ini pun berhasil lolos pada Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2021. Mereka akan menerima pendanaan untuk menjalankan penelitian ini.(*)