JAKARTA – Asosiasi Pengelola Pasar Indonesia (Asparindo) memperkuat digitalisasi pasar rakyat seiring pesatnya pertumbuhan transaksi digital di masyarakat dan masih terbatasnya aktivitas belanja karena masa pandemi Covid-19. Diperkirakan, transaksi pasar tradisional di Indonesia yang mencapai lebih dari Rp 10 triliun per hari bisa meningkat karena lebih memudahkan bagi pedagang dan pembeli.
“Saat ini sudah menjadi tren belanja dan bisnis secara digital. Begitu juga dengan cara pembayaran, perputaran uang, dan pergerakan barang. Pasar rakyat juga perlu dipacu untuk penerapan digital, ini yang menjadi concern Asparindo,” tutur Ketua Umum Asparindo Y Joko Setiyanto saat Munas Asparindo di Jakarta, Selasa (14/12/2021). Dalam Munas tersebut, Joko kembali terpilih sebagai ketua umum Asparindo.
Ia menjelaskan, digitalisasi pasar rakyat sebenarnya sudah digaungkan jauh sebelum pandemi, tepatnya saat Rakernas 2018 yang dihadiri Presiden Joko Widodo. Sejumlah terobosan mulai digarap seperti hadirnya Paskomnas, aplikasi digital yang menghubungkan rantai pangan Nusantara melalui jaringan pasar induk di beberapa kota besar di Tanah Air. Juga ada Asparindo Grosir, situs belanja buah dan sayur secara daring, serta sejumlah kerja sama dengan sejumlah kanal belanja online.
Disebutkan, saat ini minimarket, supermarket, dan hipermarket bermunculan di tengah masyarakat. Kementerian Perdagangan pada 2011 mencatat, ada 15.000 pasar rakyat dan 2,5 juta toko atau warung milik perseorangan dengan modal kecil. Sedangkan jumlah pasar swasta sebanyak 14.250 unit, terdiri atas 11.927 minimarket, 1.146 supermarket, 141 hypermarket, dan 26 perkulakan swasta. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ada 1.484 toko swalayan yang tersebar di 635 kecamatan dan 223 kabupaten/kota seluruh Indonesia pada tahun 2020. Jumlahnya bertambah 205 unit dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 1.278 unit.
Asparindo mengkhawatirkan kondisi itu akan mematikan kelangsungan pasar tradisional. Keberadaan pasar tradisional harus dilindungi. Asparindo ingin mencari solusi yang tepat untuk melindungi pedagang pasar tradisional. Sebanyak 61 perwakilan se-Indonesia berkumpul untuk membahas bentuk perlindungan yang tepat untuk pedagang pasar tradisional.
Salah satu solusi besar yang dibahas dalam Munas adalah digitalisasi pasar tradisional. Munas diadakan secara luring dan daring. Peserta luring dibatasi 20 orang dari Sulawesi, Jawa, Bali, Sumatera, dan Maluku.
Joko menjelaskan, saat ini Asparindo memiliki 416 anggota dari tingkat kota dan kabupaten dengan total pedagang resmi mencapai 7,2 juta pedagang dan pedagang tak resmi seperti pedagang kaki lima sekitar 3 juta pedagang. Saat pandemi, sekitar 60% pedagang terpaksa menutup tokonya. Untuk pedagang sembako dan sayur mayur, sudah mulai normal seperti sebelum pandemi.
Ia memperkirakan, transaksi akan kembali meningkat dengan penerapan digitalisasi. Lewat belanja online, tentu akan mengurangi ongkos perjalanan dan transaksi. Terjadi efisiensi, baik dari sisi waktu, tenaga, dan biaya.
Joko memaparkan, sejumlah pasar rakyat di beberapa daerah sudah menerapkan sistem belanja digital. Seperti yang dilakukan di Makassar, Sulawesi Selatan. “Tim digitalisasi Asparindo akan memacu digitalisasi di daerah-daerah lainnya,” ujar dia.
Sementara itu, Direktur Asparindo Sulawesi Saharudin Ridwan mengatakan, pihaknya sejak tahun lalu sudah menerapkan transaksi belanja digital di tiga pasar di Makassar melalui Baruga Pasar. Saharudin yang juga Direktur Operasional PD Pasar Makassar menjelaskan, lewat Baruga Pasar, konsumen cukup membuka aplikasi Whatsapp dan menghubungi call center untuk memesan barang yang diinginkan. Daftar barang dan harganya ada dalam aplikasi tersebut.
Pihaknya juga sudah menjalin kerja sama dengan Grab, Gojek, dan Tokopedia untuk memudahkan transaksi daring. Saat ini, Blibli juga sedang menjajaki kerja sama.
Pihaknya juga mengakomodasi keunikan pasar tradisional yakni aktivitas tawar menawar. Melalui aplikasi WA bisnis, pembeli bisa bertransaksi langsung dengan video call bersama pedagang, sehingga bisa mendapat barang yang dibutuhkan dengan harga yang cocok.
Saharuddin mengatakan, tema Digitalisasi Pasar Rakyat yang diusung Asparindo dalam Munas 2021 sangat penting. Hal itu karena bisa meningkatkan pelayanan pasar rakyat terhadap kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan sembako atau kebutuhan sehari-hari.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Nailul Huda menilai, pengurus PD Pasar haruslah orang yang mengerti karakteristik konsumennya seperti apa, sehingga bisa mengelola pasar dengan lebih baik, bersih, dan rapi. Pengelola jangan berasal dari kroni penguasa atau titipan partai politik untuk mengelola PD Pasar.
“Sebaiknya dipilih orang profesional yang paham mengenai perkembangan zaman dan karakteristik konsumen pasar, sehingga strategi pengelolaan jauh lebih tertata,” ujar Huda.
Pada kesempatan terpisah, Anggota Komisi VI DPR RI Hendrik Lewerissa mendorong adanya perubahan pengelolaan di pasar. Sebab, akibat pandemi, penjualan melalui jalur konvensional sudah tidak laku lagi. Konsumen lebih memilih beralih ke pasar transaksi online sehingga penjual harus mengikuti tren itu.
Politisi Fraksi Partai Gerindra ini menegaskan, adaptasi menjadi kunci agar pasar tetap eksis sekaligus bertahan dalam situasi krisis. Mengingat saat ini Indonesia telah didera oleh pandemi Covid-19 selama hampir dua tahun terakhir ini.
“Dengan perkembangan transaksi jual beli lewat online itu suatu keniscayaan yang tidak bisa kita hindari,” ujar Wakil Rakyat dari Dapil Maluku itu.