Lintas Terkini

Sensasi Ramadan di Negera Durasi Puasa Terlama, Apa Saja?

thestar.com

LINTASTERKINI.COM — Ramadan adalah momen yang dinantikan umat muslim di seluruh Indonesia. Bukan hanya di negara mayoritas muslim, di negara minoritas juga demikian.

Hanya saja, ada tantangan tersendiri melaksanakan ibadah puasa di negara minoritas muslim, seperti di Eropa. Sebab durasi berpuasa terbilang lebih lama dari negara di bagian timur.

Lalu, bagaimana cara umat muslim mengatasai perbedaan durasi tersebut? Adakah kendala yang mereka hadapi? Mari kita simak di bawah ini.

1. Dilema menentukan waktu buka puasa karena matahari tak kunjung tenggelam

Seperti yang telah diketahui, umat muslim mulai berpuasa sebelum matahari terbit hingga matahari tenggelam. Durasi berpuasa akan menjadi sangat lama ketika matahari tak kunjung turun ke ufuk barat untuk menenggelamkan dirinya. Seperti yang dialami umat muslim di Finlandia, salah-satu negara dengan durasi puasa terlama, yakni sekitar 21 jam.

Umat muslim di Finlandia Utara, tepatnya di Kota Rovaniemi mengaku sangat dilema menentukan waktu berbuka puasa dikarenakan matahari yang tak kunjung tenggelam, seperti yang dilansir BBC News. Tak hanya itu, mereka juga mengaku kesulitan untuk mengetahui waktu terkini karena matahari selalu berada di posisi yang sama, di atas khatulistiwa.

Lamanya durasi berpuasa juga kerap kali membuat mereka kelelahan. Akan tetapi, mereka tetap menjalankan ibadah puasa dengan penuh antusias. Wah, hebat sekali, ya!

2. Singkatnya rentang waktu antara berbuka dan sahur

Jika kamu berpuasa selama 21 jam, maka hanya akan tersisa waktu 3 jam untuk menuju sahur. Itulah yang dialami umat muslim di negara-negara dengan durasi puasa yang lama. Contohnya di London, Inggris, yang memiliki durasi puasa sekitar 18 jam.

Mengutip Have Halal Will Travel, seorang imigran muslim dari Jepang bercerita jika ia hanya memiliki waktu sekitar 6 jam untuk bebas memakan apapun sebelum sahur tiba di London. Ia juga mengaku kewalahan dalam menjalankan ibadah puasa karena serangkaian kegiatan setelah waktu berbuka tiba, seperti makan,tarawih dan tidur, harus dilakukan dalam waktu yang singkat.

Sebagian besar umat muslim di sana memilih untuk tidak tidur lagi hingga waktu sahur tiba. Namun, hal tersebut akan terasa sangat sulit dilakukan ketika mereka memiliki jadwal kegiatan yang padat keesokan harinya. Kurangnya waktu tidur jelas memengaruhi kondisi kesehatan tubuh.

Maka dari itu, umat muslim di London dan negara dengan durasi puasa terlama lainnya harus pintar-pintar mengambil waktu tidur siang ekstra selama Ramadan berlangsung.

3. Meningkatnya solidaritas antara sesama muslim

Negara-negara di Eropa merupakan negara dengan penduduk muslim yang rendah. Oleh karena itu, umat muslim di sana, baik penduduk asli maupun imigran, biasanya membuat sebuah komunitas sesama muslim sebagai wadah persatuan dan penguat silaturahmi.

Nah, selama bulan Ramadan, solidaritas komunitas umat muslim tersebut akan semakin meningkat. Sebagai contoh, mereka akan menyediakan takjil berupa buah-buahan, snack, hingga makanan pokok di masjid untuk para kerabat sesama muslim yang berkumpul di sekitaran masjid hingga waktu berbuka tiba.

Kegiatan berbagi tersebut tak hanya dilakukan di masjid, terkadang mereka turun ke jalan untuk memberi makanan berbuka puasa kepada kerabat muslim mereka yang dianggap tak berkecukupan.(*)

Exit mobile version