MAKALE – Dewan Ekonomi Indonesia Timur (DEIT) siap mendukung rencana pengembangan digitalisasi destinasi pariwisata dan pusat pengembangan aplikasi UMKM di Kabupaten Tana Toraja.
Hal ini disampaikan Wakil Ketua Perdagangan Dewan Ekonomi Indonesia Timur (DEIT) Irwan Cahyadi saat melakukan kunjungan kerja bersama perwakilan Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Sulsel dan Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Sulawesi Selatan di Rujab Bupati Tana Toraja, Makale, Sabtu (15/5/2021).
“Kalau hanya bergantung dengan APBD setempat. Program digitalisasi UMKM dan destinasi unggulan ini sulit terealisasi. Program ini butuh dukungan dari seluruh pihak. Kami dari DEIT siap mendatangkan investor dan pihak ketiga yang bisa mendukung upaya terobosan pemda disini,” kata Irwan saat bertemu Bupati Tana Toraja, Theofilus Allorerung di Pendopo Rujab Tana Toraja.
Baca Juga :
Menurutnya daya tarik investasi masih cukup besar di Toraja. “Destinasinya sudah berkelas dunia. Tinggal atraksi daerah yang perlu dipoles menjadi digitalisasi market UMKM khususnya pembuat patung tau-tau, pengrajin manik-manik, tenun corak toraja hingga hasil perkebunan dan peternakan,” kata Irwan.
Irwan yang pernah menjabat Bendahara MPW Pemuda Pancasila Sulawesi Selatan ini mengaku DEIT memiliki akses yang bisa mendorong pemerintah daerah agar memperoleh dana bantuan APBN yang selama ini sangat kecil terserap di Sulawesi Selatan khususnya di wilayah Toraja dan sekitarnya.
“Banyak sekali skim bantuan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang tersebar di sejumlah kementerian. Kami melihat pemda sulit mengakses karena keterbatasan sdm yang mampu membangun networking,” ujarnya.
Padahal, kata dia masyarakat di Indonesia timur banyak yang memiliki pengaruh kuat di sektor pemerintahan dan korporasi besar. “Ini yang saya lihat belum mampu di akses teman-teman pemda. Aparatur daerah sering terjebak dengan nomenklatur dan deregulasi,” keluhnya.
Hal sama juga disampaikan Ketua AMSI Sulawesi Selatan Herwin Bahar yang menilai ketersediaan akses layanan internet di Tana Toraja masih sekitar 30 persen.
“Digitalisasi sebenarnya bukan hanya bisa mendorong market place daerah. Tapi ini bisa menekan kebocoran anggaran daerah melalui pengembangan aplikasi teknologi informasi,” kata dia.
Masyarakat pegunungan yang berdomisili di Toraja dan sekitarnya sudah mulai melek digital. “Tren konsumsi informasi melalui dunia maya terus tumbuh di daerah khususnya Toraja. Warga semakin cerdas memanfaatkan potensi digital. Memang membutuhkan keberanian dan komitmen pemda setempat,” ucapnya.
Sekertaris Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Sulawesi Selatan ini juga mengaku siap menjadi destinasi Toraja sebagai prioritas dalam travel patern (pola perjalanan) yang tengah disusun Pemprov Sulsel bersama stakeholder industri pariwisata daerah.
“Badan Promosi Provinsi juga tengah menyusun travel patern daerah. Toraja yang menjadi destinasi utama tetap jadi prioritas promosi Sulsel. Jika infrastruktur digital toraja telah siap. Kami tinggal melakukan sinkronisasi sistem yang bisa mengarahkan wisatawan kembali berkunjung ke Toraja,” ujarnya.
Menurutnya penerapan standar protokol kesehatan melalui sosialisasi CHSE yang berasal dari singkatan dari Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment (Ramah lingkungan) perlu dimulai dari Tana Toraja.
“Digitalisasi pariwisata salah satu kunci keberhasilan pelaksanaan protokol kesehatan berbasis CHSE dengan baik dan disiplin di tiap destinasi tujuan dan pelaku sektor pariwisata,” kata dia
CHSE, kata dia bisa diterapkan di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Sulawesi Selatan sebaiknya dimulai dari Toraja sebagai destinasi utama daerah.
“Toraja harus menjadi role model penerapan CHSE melalui sinergitas unsur Penta Helix Pariwisata yang melibatkan kalangan komunitas, media, pelaku bisnis, akademisi dan pemerintah daerah,” tutupnya. (*)
Komentar