LINTASTERKINI.COM – Usia lanjut merupakan faktor risiko terjadinya penyakit Alzheimer. Walau begitu, Alzheimer sejatinya bukanlah hal yang normal dalam proses penuaan.
Alzheimer menyebabkan fungsi kognitif menurun sehingga penderitanya kehilangan memori dan kemampuan intelekual cukup serius. Gangguan itu mengganggu aktivitas keseharian penderitanya.
“Ia jadi tak bisa melakukan aktivitas seperti mandi, buang air, pakai baju sendiri,” kata dr.Andreas Harry, Sp.S (K) dari RS Gading Pluit Jakarta.
Baca Juga :
Pada usia di atas 60 tahun, risiko kena Alzheimer sebesar 3-5 persen. “Tiap lima tahun risiko itu naik dua kali lipat. Di usia di atas 80 tahun risiko itu sebesar 25 persen,” lanjut dokter saraf yang baru kembali dari konferensi internasional Alzheimer’s Association International di Toronto, Kanada pada 24-28 Juli 2016.
Faktor tak kalah pentingnya dari penuaan adalah diabetes. “Saking hebat pengaruh diabetes dalam menyebabkan Alzheimer, ada sejumlah ahli yang menyebut Alzheimer adalah jenis diabetes tipe 3,” paparnya menceritakan jalannya konferensi di Kanada itu.
Menurutnya, diabetes menyebabkan tubuh memproduksi zat protein bernama beta amiloid. “Secara alami tubuh kita memiliki zat beta amiloid ini. Normalnya, zat ini larut di dalam tubuh. Pada kasus Alzheimer, beta amiloid ini menggumpal di otak,” kata Andreas.
Beta Amiloid terbentuk di otak terjadi karena kekurangan insulin. Fakta bahwa Alzheimer berhubungan dengan rendahnya kadar insulin di otak merupakan alasan mengapa para ahli menyebut Alzheimer dengan julukan baru diabetes tipe 3 atau diabetes otak.
Selain itu stroke, hipertensi dan merokok sekitar 50 hingga 60 persen berisiko menyebabkan terjadinya Alzheimer. Kemudian trauma kepala hebat pun meningkatkan risiko terjadinya penyakit kehilangan memori tersebut.
Kabar baiknya, penyakit ini dapat dicegah. “Jika menderita diabetes, kendalikan kadar gula darah dengan obat, pola makan dan olah raga. Bagi penderita hipertensi, jaga pola makan dan jangan emosional. Penderita stroke sebaiknya mencegah agar tidak terkena serangan stroke kedua,” sarannya. (*)
Komentar