MAKASSAR, – Terkait aksi kekerasan aparat keamanan terhadap massa pendukung pemekaran Kabupaten Luwu Tengah, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) melakukan penyelidikan dan investigasi di lokasi Daerah Otonomi Baru (DOB) tersebut, Kamis (14/11/2013).
Anggota Komnas HAM, Siane Indriani yang dikonfirmasi telepon selularnya, Kamis siang mengatakan, dirinya masih dalam perjalanan menuju Kabupaten Luwu. Keberangkatannya ke tanah Luwu ini untuk melakukan investigasi soal bentrokan yang merenggut satu korban jiwa itu.
“Saya masih on the way. Masih perjalanan ke Kabupaten Luwu. Kami terjun ke lokasi, karena adanya indikasi untuk melakukan penyelidikan dan investigasi. Jadi meski tidak ada laporan, kami tetap melakukan penyelidikan terkait bentrokan yang menewaskan seorang warga dan beberapa orang lainnya,” kata Siane.
Baca Juga :
Saat ditanya ada indikasi pelanggaran HAM yang dilakukan aparat kepolisian terhadap warga saat berdemonstrasi menuntut pemekaran Luwu Tengah, Siane belum bisa berkomentar banyak.
“Saya belum bisa berkomentar apakah ada pelanggaran HAM atau tidak, sebab baru kita mau selidiki dan mencari fakta-fakta di lokasi bentrokan. Kami akan mendatangi semua pihak yakni korban dan keluarganya, para aktifis pembentukan Kabupaten Luwu Tengah dan termasuk pihak kepolisian,” tandasnya.
Bentrokan ratusan warga dan mahasiswa dengan polisi pecah, Selasa (12/11/2013) sekitar pukul 11.00 Wita. Pengunjuk rasa menduduki jalan Trans-Sulawesi yang melintasi Walenrang sejak Senin (11/11/2013). Jalan itu menghubungkan wilayah di pesisir timur Sulawesi Selatan hingga Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.
Massa meluapkan kekecewaan karena wilayah Walenrang dan Lamasi tidak segera dimekarkan menjadi daerah otonom baru, yang dinamai Kabupaten Luwu Tengah. Mereka menuntut pemerintah merealisasikan usulan pemekaran itu. Jarak Walenrang dari ibu kota Kabupaten Luwu, Belopa, 78 kilometer dan terpisahkan oleh Kota Palopo.
Polisi berupaya membuka blokade itu. Namun, massa melawan dengan menggunakan senjata api rakitan jenis Papporo, melemparkan batu dan bom molotov ke arah polisi. Sekitar 700 polisi berusaha mengendalikan massa dengan menembakkan gas air mata dan peluru karet.
Dari bentrokan yang terjadi pada Senin, dua orang warga tertembak peluru karet polisi. Keesokan harinya, bentrokan berlanjut hingga menewaskan seorang warga, Chandra (25) buruh bangunan yang tertembak peluru di dada kirinya. Selain itu, sebanyak 14 anggota polisi dan dua orang warga terluka.
Polisi yang berhasil memukul mundur ribuan massa berhasil menangkap 27 orang warga beserta barang bukti berbagai jenis senjata. Saat ditangkap, ke 27 orang warga itu dipukuli oleh polisi hingga luka-luka sebelum dibawa ke Polres Luwu yang berada di kota Belopa. (dra)
Komentar