GOWA – Pesta demokrasi tingkat desa, Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) se-Kabupaten Gowa diselenggarakan serentak, Kamis, (15/12/2016). Salah satu desa yang ikut menyelenggarakan Pilkades ini yakni di Desa Bontoala, Kecamatan Palangga, Gowa.
Tapi sangat disayangkan, warga di Desa Bontoala lebih banyak mengurungkan niatnya menyalurkan hak pilih mereka, daripada harus ke lokasi Tempat Pemungutan Suara (TPS) setempat. Pasalnya, lokasi yang direkomendasikan Panitia Pemilihan tidak kondusif, kondisinya becek ibarat kubangan lumpur.
Salah seorang warga, Dg Tiro yang ditemui wartawan lintasterkini.com mengatakan, kebanyakan warga di Desa Bontoala mengurungkan niatnya untuk ikut memilih dikarenakan jalanan menuju TPS becek dan berlumpur.
“Banyakmi warga disini tadinya mau pergi memilih di TPS, tapi pas sampai disini, mereka langsung pulang karena naliat jalanan becekki, berlumpurki juga,” keluh Dg Tiro.
Warga ini menambahkan bahwa baru perhelatan Pilkades kali ini menggunakan TPS tersebut, dengan mengambil lokasi di lapangan sepakbola Desa Bontoala. Tahun-tahun sebelumnya TPS yang digunakan berada di BTN Nusa Indah.
Dengan kondisi lokasi TPS yang tidak layak, ia memperkirakan partisipasi pemilih akan sangat berkurang di banding pada perhelatan pilkades sebelumnya.
“Maunya itu panitia siapkan tempat yang baik untuk kita para pemilih ini, kalau beginimi, banyakmi warga yang golput,” tambahnya.
Menurut penjelasan Ketua Tim P4KD, Edy Lawa, seminggu sebelum pemilihan, pihaknya sudah melakukan survei lokasi. Hasil survei tersebut memutuskan bahwa lokasi TPS di lapangan sepak bola Desa Bontoala, yang saat ini digunakan.
Dia berdalih, bahwa kondisi lokasi TPS seperti saat ini becek dan berlumpur di luar perkiraan panitia penyelenggara/ Pasalnya, hujan yang terus-menerus mengguyur daerah ini, hingga lapangan sepak bola yang digunakan sebagai TPS menjadi becek.
“Satu minggu yang lalu Tim P4KD sudah mengecek lokasi disini dan kita sudah umumkan kepada masyarakat pemilih bahwa lapangan ini yang digunakan.
Tapi karena kondisinya hujan terus-menerus, sampai becek begini. Tapi terpaksa saja kita gunakan lapangan ini karena informasinya sudah tersebar,” jawab Edy Lawa. (*)