JAKARTA – Ledakan dan akasi teror di Jakarta diduga melibatkan teroris bernama Bahrun Naim. Bahrun Naim, adalah peretas andal lulusan ilmu komputer Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo yang diduga polisi berada di balik serangan teror di Jakarta.
Ia menjadikan anak bungsunya sebagai “senjata” untuk lolos pemeriksaan petugas imigrasi bandara saat dia “hijrah” ke Suriah pada 2014.
Lewat blognya yang kini tak lagi bisa diakses, Bahrun bercerita popok pesing anaknya amat ampuh merusak konsentrasi petugas imigrasi. Sebelum masuk ke terminal bandara, Bahrun menghitung waktu. Ia sengaja melewati pemeriksaan imigrasi saat sudah waktunya bagi anak bungsu dia untuk ganti popok.
“Bau menyengat membuat petugas imigrasi tidak bisa berkonsentrasi mendeteksi identitas kami,” tulis Bahrun pada 12 Juli 2015.
Meski demikian, Bahrun yakin popok pesing anaknya bukan satu-satunya faktor yang membuat dia lolos pengecekan imigrasi. Dia juga menilai tim hackernya berhasil mengacak sistem online imigrasi bandara.
Pun Bahrun telah mengamankan jalur komunikasinya dengan menonaktifkan alat komunikasi dan mengaktifkan alat pengacak terbatas dalam radius tiga meter.
Bahrun akhirnya berhasil terbang dari Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, ke Istanbul, Turki, menyusul istri keduanya yang telah lebih dulu berangkat di tim pertama yang membuka “jalan” bagi tim-tim berikutnya.
Bahrun sendiri berada di tim terakhir. Ada tiga tim. Tim pertama sebagai pembuka jalan, tim kedua merupakan inti, dan tim ketiga ialah penyelamat yang mengontrol jalannya keseluruhan rencana hijrah.
Setibanya di Istanbul, Turki, yang menjadi lokasi transit ke Suriah, anak bungsu Bahrun kembali menjadi “senjata.” Si bungsu berlari-larian hingga mengalihkan perhatian petugas imigrasi.
“Sikap lucu anak kami yang berlarian ke sana kemari saat melewati pemeriksaan imigrasi menjadikan sebagian petugas kewalahan ‘menghadang’ ananda, dan sebagian (petugas lain) terpingkal-pingkal (melihat ulah si bungsu),” cerita Bahrun.
Bahrun kembali lolos pemeriksaan imigrasi.
Enam tahun sebelumnya, September 2008, Bahrun tercatat sempat bergabung dengan Jamaah Ansharut Tauhid. Dia juga disebut terafiliasi dengan Abdullah Sunata yang ditangkap Detasemen Khusus Antiteror 88 Polri di Klaten, Jawa Tengah, pada 2011.
Bahrun yang memiliki nama lengkap Muhammad Bahrun Naim Anggih Tamtomo itu pun diduga pernah ikut menyembunyikan pelaku bom Bali, Noordin M Top yang menjadi buron saat itu.
Sebelum terbang ke Suriah, Bahrun disebut bergabung dengan sebuah kelompok pendukung ISIS di Solo, Jawa Tengah. Kini Bahrun yang disebut Mabes Polri sebagai petinggi ISIS, kembali diburu karena diduga terlibat serangan teror di Jakarta kemarin. (*)