WAHYU pertama yang diturunkan Allah SWT kepada nabi kita Muhammad SAW adalah QS. Al Alaq:1-5.. Adapaun ayat pertama berbunyi Iqraa….. artinya bacalah… yang menjadi dasar lahirnya budaya literasi sampai sekarang yaitu kemampuan membaca dan menulis di kalangan umat Islam..
Bagi umat muslim, mebaca Al Quran adalah suatu kewajiban, anak-anak muslim mulai dimasukkan sekolah mulai TK Al Qur’an/Paud, sudah dikenalkan huruf hijaiyah sabagai dasr yang dipakai dalam Al Qur’an, , bacaan iqra, sampai siswa mahir dalam membaca Al Qur’an. Hal ini bertujuan agar orang tua berharap anak-anaknya bisa mahir dalam membaca Al Quran
Tapi sayingnya itu dilakukan orang tua di kalangan ekonomi tengah ke atas, masih ada orang tua yang cukup mengenalkan anak-anaknya hanya dengan pengajian di daerahnya masing-masing, tanpa dipantau kemampuan anak-anaknya, sehingga ketika sudah menginjak dewasa,orang tua baru tahu kemampuan anaknya dalam membaca al Quran sangat mengkhawatirkan.
Saat ini penerimaan peserta didik baru (PPDB ) dilakukan secara online, otomatis syarat-syarat pemberkasannya pun cukup di scan melalui online juga, sehingga siswa yang masuk sekolah tidak bisa tatap muka secaara langsung untuk mengenal mereka, karena masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) pun dilakukan secara online. Biasanya ketika dilakukan secara ofline, panitia PPDB bisa mengetahui siswa yang bisa membaca Al Qur’an dengan yang tidak berdasarkan informasi dari Guru SD atau ditest secara langsung.
Remaja saat ini khususnya yang sudah masuk SMP kebanyakan atau sebagian besar sudah tidak bergabung di majlis pengajian , dengan alasana sudah mengnjak remaja, hal ini sangat bertentangan sekali di lapangan yang masih banyak siswa yang belum mahir dalam membaca Al Qur’an. Sehingga dalam pembelajarn PAI yang terdapat dalil Al Quran pun bisa menghambat pembelajarn ini, dikarenakan masih banyak siswa yang belum mahir dalam membaca Al Qur’an.
Namun demikian masih ada juga siswa yang masih konsisten ikut mengaji di daerahnya. Sehingga guru mata pelajarn PAI di sekolah pun bisa memberikan materi PAI dengan lancer.
Realita di lapangan, ketika disuruh membaca dalam mata pelajaran PAI ada dalil naqli (Firman ALLah dalam Al Quran), masih ada siswa yang tidak bisa membaca, hal ini mungkin saja orang tua yang tidak peduli dengan kemampuan literasi qurani anaknya atau karena kesbukan orang tuanya, atau siswa nya saja yang sudah tidak mau bergabung dengan sesame teman di pengajian.
Sehingga siapa yang akan disalahkan?? Orang tuanya?? Atau guru SD nya?? Atau Guru PAI SMP?? Hal ini satu sama lain saling ketergantungan , karena kita tidak biaa menyalahkan siapa-siapa karena guru baik di SD atau SMP waktunya terbatas, sehingga tidak bisa mengajarinya secara full agar sampai bisa membaca Al Quran.
Seharusnya orang tua yang lebih tahu , kemampuan anaknya dari sejak dini, ini mengakibatkan orang tua lebih memperhatikan putara putrinya dalam berliterasi, baik literasi biasa maupun literasi qurani.jika masih belum bisa membaca Al quran, orang tua punya andil membantu kemampuan anak tersebut di rumah ataupun dititipkan di pengajian. Hal ini akan memeberantas anak dalam ketidakmampuan dalam membaca Al quran.
Dalam mata pelajaran PAIada beberapa aspek yang diajarkan baik di tingkat SD, SMP maupun SMA yaitu aspek Al Quran, Aqidah, Akhlak, Fiqih dan Sejarah. Itu semua saling berkaitan satu sama lain.
Dalam aspek Al Quran, biasanya disajikan dalil naqli dari materi tersebut, termasuk tajwid dan makhrojnya, banyak diantaranya masih belum bisa berliterasi, dan sebagian besar juga ada yang sudah mahir dalam membaca Al Qur’an.
Literasi Qurani yang ada dalam maple PAI agar bisa terserap oleh siswa, dan siswa mau dan mampu untuk berliterasi Qurani, adalah di pembelajaran PAI setaiap ketemu dengan dalil Naqli /al Quran biasanya guru membaca beruang-ulang diiikuti oleh semua siswa di kelas dan diulang-ulang oleh semua siswa, dari potongan kata, potongan kalimah dan potngan ayat sehingga setelah ada pengulangan akhirnya mereka bis amembaca Al Quran dan melafalkannya dengan tepat setelah mendapatkan contoh dari gurunya yang diulang-ulang.
Agar Semua siswa bisa memahami ayat tersebut, biasanya dibuat kelompok , satu ayat dibagi untuk 4 orang , sehingga siswa cukup mengulang-ulang hafalan fotongan ayat dan artinya. Setelah sering mendengar potongan ayat milik temannya, akhirnya bisa satu ayat itu mereka hafal beserta artinya.
Sehingga siswa bisa setoran hafalan kepada guru PAI, dengan tujuan agar siswa menyukai literasi Qurani, dari asalnya tidak bisa membaca al Quran , menjadi bisa dan hafal Al Quran , walaupun hanya hafalan ayat.
Al hasil anak akan menyukai pelajaran PAI dan bersemangat mengikuti pelajaran PAI , dan nilai yang diharapkan juga bisa sesuai dengan yang diharapkan.
Saking pentingnya literasi Qurani pada siswa kelas VII SMPN 2 Darangdan, Guru PAI dibantu oleh guru AKPK (Pembelajaran Kitab, khusus di Purwakarta) , maka siswa didata untuk diklasifikasi ada siswa yang belum mahir, yang cukup mahir dan yang sudah mahir dalam membaca Al Quran. Ini salahsatu solusi yang dulakukan oleh pihak sekolah agar bisa membaerantas dalam ketidakmampuan dalam membaca Al Quran.
Intinya, Literasi Qurani sangat penting dan menunjang pembelajaran PAI yang dilaksanakan di SMPN 2 Darangdan, Dengan semangat Literasi , kita harapkan muncul generasi generasi Qurani yang sholeh sholehah,bisa membaca,dan mengamalhan isi Al Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Aamiin Ya Robbal Aalamiin..
#Salam Literasi; Indonesia_Berkarya!!!
Oleh : Rina Supriati, S.Pd.I
Guru SMPN 2 Darangdan Purwakarta jawa Barat